Ini film apaan sih?
Pertanyaan itu muncul pertama kali setelah
beberapa menit menonton. Film yang baru bisa ditonton ini menimbulkan sedikit
perasaan kecewa. Ya, kecewa karena bingung dengan prolog film yang sedikit kurang
menarik.
Namun setelah tahu jalan cerita dan mulai
paham maksud dari film ini, saya tarik kembali perkataan yang tadi hehehe. *labil! Sebab saya salah, nyatanya film
ini begitu menginspirasi, bagus dan wah pokoknya.
Miracle
Of The Namiya General Store adalah film fantasi yang diadaptasi dari
novel karya Keigo Higashino yang menceritakan sebuah pemilik toko klontong yang
suka memberikan nasehat kepada siapa saja dengan mengirim surat pada malam hari
dan akan mendapat balasan dikeesokan paginya, pemilik toko itu bernama Tuan
Namiya.
32 tahun setelah Tuan Namiya meninggal,
Atsuya dan kedua temannya bersembunyi di toko klontong yang sudah tidak
terawat. Mereka melarikan diri, karena telah mencuri dan menyekap seorang
pengusaha sukses Tamura Harumi yang disebabkan adanya kesalahpahaman. Selama
Atsuya dan kedua temannya bersembunyi di toko klontong itulah, cerita demi
cerita pun terus menguak.
Dalam film ini sebenarnya banyak yang ingin
saya bagikan mengenai setiap tokoh yang terlibat, hanya saja ada dua konflik
yang begitu membekas sehingga terciptalah tulisan ini.
Konflik Menarik Dalam Film Miracle Of The Namiya General Store
Kepercayaan Orang Tua
“Tidak
apa-apa jika kau gagal, selama kau mencoba melakukan yang terbaik. Berusahalah
terus seolah hidupmu bergantung padanya.Tinggalkanlah jejakmu di dunia,”
–Ucapan Ayah Musisi Penjual Ikan (Katsuro Matsuoka)
Pertama adalah ketika Katsuro memilih untuk
berhenti kuliah dan mengejar mimpinya untuk menjadi seorang musisi. Di sisi
lain ayahnya sedang sakit dan sebagai anak sulung dia yang akan meneruskan usaha
keluarganya.
Namun siapa nyana, jika Sang Ayah malah
mengatakan, “Aku akan menjadi penjual
ikan yang terakhir di keluarga ini. Lain halnya jika kau ingin. Tapi kau
tidak.” Saya terkesan dengan sikap ayah. Ketika salah satu anggota keluarga
menentang keputusan Katsuro, ayah lebih mempercayai mimpi yang dimilikinya.
Apa semua ayah di dunia ini mempunyai
pemikiran demikian? Begitulah pertanyaan pertama setelah tahu konflik yang dialami
Katsuro. Menurut saya, ayah adalah sosok yang begitu misterius. Bukan hanya di
dalam film ini, tapi di dunia nyatapun demikian.
Ketika saya berusaha untuk mendalami karakter ayah, teringatlah pula pada lelaki tangguh yang saya sebut bapak di rumah. Mirip, hanya saja bapak tidak berterus terang apalagi ingin berbicara panjang lebar. Ini begitu unik. Ternyata tidak hanya wanita saja yang sulit dimengerti, peran lelaki tangguh pun tak ingin kalah juga, hehe.
Baca
Juga karya lainnya dari Keigo Higashino:
Review Novel Kesetiaan Mr. X karya Keigo Higashino
Review Novel Keajaiban Toko Kelontong Namiya karya KeigoHigashino
Dari cerita Katsuro dan ayahnya ini, saya dapat belajar secuil makna yang entah bagaimana cara menjelaskannya. Mungkin intinya begini, kebahagian terbesar orang tua itu ketika tahu anaknya bahagia dalam mengejar mimpi yang dimilikinya.
Dimensi Waktu yang Mengubah Orang Lain
Kedua, ketika Atsuya dan kedua temannya ingin
membuktikan dapat membalas surat dari 32 tahun yang lalu dengan mencoba
mengirimkan kertas kosong dan mengenai kesalahpahaman terhadap Tamura Harumi.
Atsuya dan kedua temannya mengira Harumi
ingin mengubah panti asuhan menjadi hotel mesum. Padahal waktu itu, Harumi
ingin membalas budi terhadap Tuan Namiya yang sudah menasehatinya sampai
menjadi seorang pengusaha sukses. Dia ingin berbagi kebahagian, karena
sebenarnya Harumi waktu kecil dibesarkan di panti asuhan seperti Atsuya dan
kedua temannya.
Ketika Atsuya dan kedua temannya bersembunyi
di toko, mereka mendapat kiriman surat dari Anak
Anjing yang Hilang. Tentu saja surat itu dikirim untuk Tuan Namiya, tapi
mereka membalas dengan memberikan nasehat atas masalah yang dialaminya. Hingga
disuatu ketika, Anak Anjing yang Hilang
dapat menjadi orang yang sukses berkat nasehat itu. Mereka tidak tahu, kalau Anak Anjing yang Hilang itu adalah
Harumi yang mengirim surat 32 tahun yang lalu.
Setelah mengetahui hal tersebut, Atsuya dan
kedua temannya berencana kembali ke rumah Harumi. Mereka ingin melepaskan
Harumi yang semalam mereka sekap di rumah. Mereka juga ingin meminta maaf
mengenai kesalahpahaman yang terjadi. Terlebih mengenai dimensi waktu yang
semalam mereka alami di Toko Serba Ada Namiya.
Pencarian Diri
Kepada Si Tanpa Nama. Kenapa kau mengirimku surat kosong?
Pria tua ini berusaha memahaminya. Ini Cuma perkiraan, tapi mungkin akan
menerangkan keadaan yang kau pikirkan. Kau tidak bisa mengerti kemana
kehidupanmu akan berjalan. Tapi tolong jangan kehilangan harapan. Jangan
menyerah untuk berharap.
Masa depanmu bagai selembar kertas kosong. Masa depanmu
tentang apa saja yang kau tulis di atasnya. Segalanya terserah pada apa yang
kau lakukan. Kau bebas melakukan apa saja.
Kemungkinan itu tiada akhirnya. Dengan penuh harapan, kau
akan menjalani setiap hari yang bermakna dalam kehidupanmu. Milikilah kehidupan
yang memuaskan. Kupikir, hari-hariku dalam memberi nasehat sudah berakhir. Yang
terakhir ini adalah yang sangat menantang untuk dijawab. Aku menghargainya.
Kuucapkan terima kasih banyak. Salam hangat, Toko Serba Ada Namiya
Kepada Tuan Namiya. Terima kasih untuk jawaban Anda yang
ramah. Aku tidak tahu nasehatku dapat mengubah kehidupan seseorang. Lalu kenapa
aku menulis untuknya? Aku hanya menginginkannya bahagia. Barangkali
kepercayaannya padaku yang membuatnya bahagia. Aku mau bertemu dia dan
mengatakan padanya kenyataan ini. Dialah yang mengambil keputusan yang mengubah
hidupnya. Aku tak bisa memahami perjumpaan tanpa batas waktu yang kami alami
tadi malam. Tapi Anda mengajari untuk percaya dan aku sangat berterima kasih.
Aku takut Anda tidak akan menerima surat ini. Tapi kupikir, Anda akan memantau
kami dari suatu tepat. Salam Tanpa Nama.
Dari sedikit cuplikan peristiwa di atas, ada
satu kata yang menarik yakni percaya. Kata percaya seperti menjadi pokok
pikiran dalam plot ini. Harumi percaya terhadap nasehat yang dikiranya Tuan
Namiya, sehingga dia terus berusaha hingga dapat membantu kedua orang tua
angkatnya dan menjadi sukses. Sedangkan Atsuya percaya, bahwa yang membuat
Harumi berubah bukan karena balasan surat itu, melainkan saat mengambil
keputusan untuk mengubah hidupnya.
Saya pun menyimpulkan dari kedua hal di atas,
bahwasannya kepercayaan kita-lah yang mampu mengubah segalanya. Entah saat
dalam kebingungan, ragu untuk melangkah, dan tetek-bengek lainnya. Dengan satu kalimat sakti ini, semoga saya
dan kalian semua dapat melaluinya, It’s... I CAN DO IT! GANBATTE!!!