Jalan Panjang Berdamai Dengan Diri sendiri

Hi, March... bagaimana kabarnya? Enggak terasa ya, tiga bulan di tahun 2023 mulai terlewati. Cepat sekali rasanya waktu berlalu. Sama halnya dengan saya yang rindu bersapa riang di rumah kedua ini. Sebab entah kapan terakhir kali mengunjungi blog ini. 

Jalan Panjang Berdamai dengan Diri Sendiri

Maklumlah akhir-akhir ini saya menjadi manusia ‘sok’ sibuk, padahal di rumah juga ngapain kalau enggak otak-atik media sosial? Hahaha.

Ngomong-ngomong Teteman baik-baik saja ‘kan? 

Apakah sudah berdamai dengan masa lalu atau masih overthinking dan menyalahkan diri sendiri?

Ah, kalau membahas mengenai hal tersebut begitu rumit dan melelahkan, bukan? Apalagi kalau menyangkut tentang diri sendiri. 

Ya, tentang diri sendiri yang terpaksa mengalah padahal sebenarnya pun perlu diapreasisi. Mengenai diri sendiri yang selalu bilang “tidak apa-apa” padahal menumpuk sesak dalam benak. Tentang diri sendiri yang enggak enakkan, sehingga selalu memperumit dirinya sendiri. Serta tentang diri sendiri lainnya yang entah berapa paragraf lagi bila disebutkan.

Memang sih, saya tidak bisa menghakimi pengalaman pun perjalanan hidup tiap individu. Saya juga tidak akan bisa memberikan wejangan atau anjuran untuk melakukan ini dan itu untuk memperbaiki atau menyelesaikan permasalahan yang sedang dialami. Sebab pada hakikatnya pun, saya yakin setiap individu akan menemukan jalan dan titik pemberhentiannya dengan cara yang begitu unik juga beragam.

Seperti halnya yang Teteman ketahui, berdamai dengan diri sendiri adalah perjalanan paling panjang di kehidupan ini. Sebab yang tahu tentang diri sendiri, ya tentu saja diri kita sendiri bukan orang lain. Sehingga dengan seketika diri sendiri pun menjadi rumit akibat dirinya sendiri.

Namun dari berbagai perjalanan panjang tersebut, saya menemukan cara yang menurut saya paling ampuh yakni dengan menulis. Pada awalnya saya menulis jurnal harian hingga singgah membuat blog Titik Literasi ini dan tulisan-tulisan lainnya.

Anehnya, tulisan-tulisan yang saya tulis sendiri tersebut dapat menjadi alarm pada diri sendiri. Sering kali ketika saya memposisikan diri sebagai seorang pembaca, saya malah kembali terhanyut dan memberikan sudut pandang lain terhadap hasil tulisan tersebut. Ada yang begini juga enggak?

Begitupun ketika saya mencoba menulis tentang self acceptance, pencarian makna hidup dan relationship yang sebagian pernah saya unggah diblog dan kini saya himpun dalam kumpulan flashfiction berjudul “Hari yang Tak Pernah Usai” yang telah terbit di KBM App. Jika iseng-iseng kembali membacanya, saya pun jadi merenung ternyata bigini dan begitu ya hidup ini.

Well, akhirnya pun saya menyimpulkan bila kadangkala kisah atau perjalanan hidup dalam menemukan jalan berdamai dengan diri sendiri itu beragam. Bagi saya pribadi yakni dengan cara menulis baik berdasarkan pengalaman pribadi atau orang lain. Sebab setiap tulisan tersebut bisa menjadi sebuah alarm untuk diri sendiri, pun bisa jadi untuk orang lain.

Ngomong-ngomong tentang “Hari yang Tak Pernah Usai” nih, Teteman yang tertarik untuk membacanya bisa kunjungi laman berikut “Hari yang Tak Pernah Usai – Ayara S.”

Jalan Panjang Berdamai dengan Diri Sendiri

Semoga perjumpaan kita pun memberikan pandangan dan sisi lain dalam berdamai dengan diri sendiri. Sebab, berdamai dengan diri sendiri merupakan langkah awal untuk mencintai diri sendiri, sebelum mencintai orang lain. Sudah ‘sok’ bijak saja saya nih! Hahaha.

Hikmatul Ika

Manusia yang menyukai dunia kepenulisan, baik sebagai blogger dan Pengarang.

Post a Comment

Previous Post Next Post

Contact Form