Kisah Si Gelang Rusia (Review Novel Pergi karya Tere Liye)

 I’m  back ( setelah sebulan menghilang hehehe...) 


Siapa sih yang enggak kenal dengan Tere Liye? Buku-bukunya sudah banyak dicetak ulang dan selalu menjadi best seller di deretan toko buku. 

Nuansa alur yang tidak terduga dengan gaya bahasa yang khas, Tere Liye menjadi salah satu penulis yang saya idolakan. Namun yang terpenting adalah ada kesan maupun pesan tersendiri setelah mendekap buku-bukunya. Seperti salah satu karyanya ini, yang berjudul Pergi.

Review Novel Pergi karya Tere Liye



Novel Pergi merupakan sekuel dari Pulang yang diterbitkan tahun 2015. Bagi kalian yang sudah membaca Novel Pulang, masih ingat dong dengan Si Babi Hutan? 

Iya, Bujang anak Samad tukang pukul di keluarga Tong, yang di dalam ending Pulang berhasil menjadi Tauke Besar menggantikan Tauke Besar sebelumnya. Bujang berhasil memimpin ribuan anggota keluarga dan puluhan perusahaan yang tersebar di seluruh Asia Pasifik, dan menentukan haluan baru penguasa shadow economy.

Nah, di Novel Pergi Bujang berusaha untuk menentang Master Dragon yang berusaha menguasai shadow economy. Master Dragon yang bertempat di Hong Kong berupaya menjalankan aliansinya dengan melakukan hal-hal licik terhadap keluarga Tong. Hingga akhirnya Bujang juga berupaya untuk menghancurkan Master Dragon dengan bersekutu keluarga Yamaguchi yang di Jepang dan Bratva di Rusia. Selain keluarga Tong, Master Dragon juga menyerang tanpa ampun terhadap keluarga yang bersekutu dengan Bujang. 

Seperti yang sudah-sudah, tokoh utama akan selalu menang melawan segala kejahatan. Begitulah yang dialami oleh Bujang dan sekutunya yang berhasil meruntuhkan Master Dragon. 

Fyi, banyak hal menarik dalam novel sekuel pulang ini. Pertama, tak disangka bahwa Bujang memiliki saudara tiri yang membantunya melawan Master Dragon di detik-detik terakhir. 

Diego–anak pertama Samad sebelum menikah dengan ibu Bujang, hadir dengan begitu menajubkan. Bahkan sampai saat ini, saya tidak menyangka Tere Liye membuat tokoh Samad menjadi orang yang romantis. Sebab di sisi lain, sebagai tukang pukul tidak akan ada cerminan bahwa tokoh itu akan seromantis dalam cerita. 

Selanjutnya hal yang membuat cukup geregetan adalah Maria. Anak Otets dari keluarga Bratva di Rusia. Mengapa geregetan? Sejujurnya, semenjak Maria muncul saya berpikir bahwa nanti Bujang akan menikah dengan Maria. Namun setelah membaca keseluruhan tidak ada ending pun tentang mereka berdua? Hanya sampai Bujang menemui kakak tirinya untuk mengucapkan terima kasih karena sudah membantu melawan Master Dragon.

Saya tidak berdalih tanpa alasan, bahwa Bujang dan Maria akan bersama. Dalam cerita, Maria sudah memberikan gelang kepada Bujang. 

Gelang itu bukan sembarang gelang, menurut kebudayaan Mongolia seorang wanita yang memberikan gelang kepada seorang lelaki bertanda bahwa wanita itu sudah memberikan kesempatan kepada lelaki itu (emmm bisa dibilang bahwa Maria sudah memberikan hatinya kepada Bujang, sederhananya seperti itu). 

Selain itu ditambah kegelisahan Bujang terhadap Maria juga godaan-godaan yang dilontarkan oleh Sergei dan Solonga. Hingga saya terus berpikir lagi, apakah memang Tere Liye sengaja membuat kisah Bujang dan Maria menjadi mengambang? Atau setelah ini akan ada novel dengan kelanjutan kisah asmara Bujang dan Maria? Ah! Kita tunggu saja 😊

Baca kisah Bujang dan Maria selanjutnya di Novel Gnalup-Pergi (review kelanjutan Novel Pergi)

Hikmatul Ika

Manusia yang menyukai dunia kepenulisan, baik sebagai blogger dan Pengarang.

Post a Comment

Previous Post Next Post

Contact Form