Kajian Feminis Liberal dalam Cerpen Rumah-Rumah Nayla karya Djenar Maesa Ayu

Kritik feminis liberal adalah pemikiran yang menyuarakan persamaan hak antara pria dan wanita. Adapun kritik feminis liberal dalam Cerpen Rumah-rumah Nayla karya Djenar Maesa Ayu sebagai berikut.

Data 1

Tak banyak kewajiban yang harus dilakukannya sebagai ibu rumah tangga. Mulai dari membersihkan rumah, mencuci, memasak, bahkan kopi untuk suaminya pun tinggal minta pembantu untuk melakukannya.(paragraf tiga)

Data di atas termasuk kritik feminis liberal disebabkan tokoh Nayla dalam cerita yang diperankan sebagai ibu rumah tangga tidak mempunyai kewajiban dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam keluarganya. Seperti kewajiban seorang istri yang harus melayani suami dan keluarganya untuk mencuci, memasak atau membersihkan rumah. Suami Nayla tidak keberatan dan membebaskan Nayla melakukan sesuai dengan keinginannya.

 


Data 2

“Bisa enggak kamu melupakannya.” Nayla masih terdiam sejenak sebelum menggelengkan kepala pada akhirnya.

“Bisa enggak saya membuat kamu melupakannya?” Nayla menggelengkan kepalanya.

“Bisa enggak saya membuat kamu bahagia?” Nayla tak bisa menjawabnya.  (paragraf sembilan)

 

 

Data 2 juga menunjukkan kritik feminis liberal yang tunjukkan oleh Nayla bahwa dia juga mempunyai pendapat atau hak untuk tidak menjawab pertanyaan suaminya. Dia mempunyai hak untuk tidak mengungkapkan isi pikiran ataupun perasaan yang dirasakannya pada saat itu.

Dari data tersebut kritik feminis liberal juga terlihat ketika suami toleran terhadap istri yang tidak ingin menjawab pertanyaan. Sang suami pada data 2 tersebut memberikan hukum kesetaraan kepada Nayla, bahwa dia pun berhak untuk tidak menjawab beberapa pertanyaan yang diucapkan suami.

 

Data 3

“Ia pun mulai kembali membuka laptopnya yang tak bernama. Dibacanya ulang catatan-catatan pendek dan dijadikannya menjadi beberapa cerita. Setelah terkumpul beberapa, ia kirimkan ke penerbit buku yang dengan segera mau menerbitkannya. Bukan dari buku itu benar Nayla mendapatkan uang sebesar yang diharapkannya. Tapi, walaupun buku yang diterbitkannya dicetak ulang berkali-kali, ia juga mendapat banyak pekerjaan sampingan yang lebih menghasilkan. Menuliskan buku orang tanpa namanya disebutkan, ternyata jauh lebih menguntungkan. Sedemikian menguntungkannya hingga ia bisa membangun rumah seperti yang ia bayangkan.” (paragraf dua belas)

 

“Nayla menatap laptopnya. Sudah dua jam setelah Nayla membuka tempat usaha barunya yang dinamai Rumah Nayla.” (paragraf sembilan belas)

 

Data 3 yang menunjukkan kritik feminis liberal adalah ketika Nayla dapat bekerja dan memenuhi kebutuhannya sendiri dari menulis. Saat itu dia memutuskan mencari biaya hidup dengan mengirimkan tulisan-tulisannya menjadi buku, setelah resmi bercerai dengan sang suami. Data tersebut menunjukkan, bahwa wanita dapat mandiri, dan dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Wanita juga dapat bekerja layaknya laki-laki. Hal tersebut menekankan bahwa wanita dan laki-laki mempunyai kesetaraan derajat. Wanita berhak memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa harus selalu bergantung kepada laki-laki.

Selain menulis buku, Nayla membuka tempat usaha. Dia membuka usaha  berukuran delapan kali dua puluh meter persegi. Nayla menjual kopi bungkusan, bir kalengan, dan makanan yang hanya pada hari itu ia ingin masak saja. Dalam hal ini dapat dilihat pula, bahwa Nayla setegar dan sekuat laki-laki. Meski Nayla kurang memiliki kekuatan fisik dibandingkan laki-laki.

 

Data 4

“Di bagian itu jari Nayla berhenti mengetik. Menemani? Entah sudah berapa lama Nayla sendiri. Tak berteman, tak juga terlibat asmara dengan laki-laki. Kebutuhan seksual tak pernah terlalu berarti, karena Nayla sudah kehilangan birahi sejak perkosaan yang ia alami.” (paragraf delapan belas)

 

Data di atas menunjukkan kritik feminis liberal pada Nayla ketika memutuskan untuk tidak terlibat lagi asmara dengan laki-laki. Keputusan akibat peristiwa pemerkosaan yang pernah dialaminya, membuat dia memilih untuk hidup mandiri diusia senjanya. Dia tidak ingin bergantung kepada orang lain, apalagi kepada anak-anaknya yang sudah berkeluarga dan telah meninggalkannya sendiri di rumah tak bernama yang ditinggalinya semenjak bercerai dengan sang suami.

 

Pemanfaatan Kritik Feminis Liberal Cerpen Rumah-rumah Nayla karya Djenar Maesa Ayu sebagai materi pembelajaran Apresiasi Sastra di SMA

Cerpen Rumah-rumah Nayla karya Djenar Maesa Ayu dapat digunakan sebagai alternatif materi pembelajaran Apresiasi Sastra di SMA, khususnya Kelas XI pada KD 3.8 mengidentifikasi nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam kumpulan cerita pendek yang dibaca. Pada KD ini, siswa dapat menemukan nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam cerita pendek dengan menganalisis unsur-unsur pembangun cerita pendek.

Dengan adanya apresiasi terhadap salah satu karya Djenar Maesa Ayu ini, diharapkan siswa dapat menemukan nilai-nilai kehidupan dari tokoh dalam cerita. Khususnya tokoh Nayla yang pada cerita merupakan tokoh utama. Dari Cerpen Rumah-rumah Nayla ini, salah satu nilai yang akan siswa dapatkan adalah kesetaraan gender. Bahwa wanita dan laki-laki pada perkembangannya mempunyai kedudukan yang sama.

Hikmatul Ika

Manusia yang menyukai dunia kepenulisan, baik sebagai blogger dan Pengarang.

Post a Comment

Previous Post Next Post

Contact Form