Apa Syukurmu Hari Ini?

Sesuatu hal apa sih yang paling disyukuri oleh manusia seperti kita ini? Sebuah berkat yang diberikan atas suatu pencapaian atau karena diberi kesempatan masih bisa bernapas?

Saya kira bukan sebatas hal tersebut saja, right? Sebagai manusia dengan keberagamannya, tentu mempunyai rasa syukur yang bermacam-macam pun berarti untuk individu itu sendiri.

Kendati demikian, ada pula manusia yang belum menyadari berkat yang selama ini diterimanya. Adakalanya salah satu manusia itu malah menganggap bentuk “syukur” sebagai hal kurang baik dan menjadikannya bumerang untuk selalu menopang dagu. Kemudian dewasa saya pun banyak kemungkinan-kemungkinan lainnya.

Apa Syukurmu Hari Ini


Kendati demikian, sebenarnya syukur itu apa sih?

Syukur secara bahasa bermakna membuka, menyingkap, menampakkan dan menunjukkan. Menurut KBBI syukur diartikan sebagai rasa terima kasih kepada Allah. Seperti halnya Emmons & Shelton (dalam Putra, 2014:36) mengartikan syukur (gratitude) sebagai sebuah komponen psikologis yakni semacam rasa kagum, penuh rasa terima kasih dan penghargaan terhadap hidup. 

Emmons dan McCullough ( 2003: 378 ) mengartikan gratitude sebagai sebuah bentuk emosi atau perasaan yang berkembang menjadi suatu sikap dan moral yang baik, kebiasaan, sifat kepribadian, yang akhirnya mempengaruhi seseorang untuk bereaksi terhadap sesuatu atau tanggapan terhadap situasi-situasi yang ada, baik terhadap sesama, makhluk hidup lain, begitupun terhadap Tuhan.

Ngomong-ngomong masalah syukur nih, dari berbagai syukur yang telah dikaruniakan kepada saya, ada satu yang begitu berarti yakni keluarga. Keberadaan keluarga begitu berpengaruh pada perjalanan hidup saya. Kendati bukan dari golongan keluarga kelas atas, tapi rasanya sangat berarti. Sebab bagi saya, keluarga tidak bisa dibeli apalagi dinilai dengan berbagai hal pun tak tergantikan.

Entah, saya pun belum bisa memahami diri. Semakin waktu berlalu, saya menjadi sentimentil jika membahas tentang keluarga. Padahal jika ditelisik secara subjektif, keluarga sudah terasa  retak, hancur atau sudah pecah berkeping-keping.

You know-lah, enggak akan ada keluarga yang benar-benar sempurna dan selalu bahagia di dunia ini right? Begitupun yang pernah terjadi pada keluarga saya.

Walaupun demikian, saya merasa sangat berterima kasih. Terima kasih telah merawat dan membesarkan saya dengan sepenuh hati. Terima kasih telah melindungi dengan penuh sayang yang lembut. 

Selain itu, saya pun meminta maaf karena belum bisa menjadi anak yang berbakti. Pun belum bisa menjadi adik yang mengayomi. Maaf karena masih merawat kekeraskepalaan diri. Sekali lagi maaf, jika masih mengecewakan berbagai pihak.

Sebagai putri bungsu dan sebagai adik paling kecil dari kedua kakak, saya bersyukur menjadi bagian dari keluarga ini.


Hikmatul Ika

Manusia yang menyukai dunia kepenulisan, baik sebagai blogger dan Pengarang.

Post a Comment

Previous Post Next Post

Contact Form