Tiga Pion Karakter yang Membuat Squid Game Berkesan

Emang siapa sih yang enggak tahu Squid Game? Bahkan keponakan saya yang usianya baru genap dua tahun, tahu loh! Yaaa mau bagaimana, ikut kakak-kakaknya. Saat ada yang ngomong “Mugunghwa kkoci pieot seumnida” si keponakan itu langsung diam-mematung. Persis seperti di drama. Kalau diingat, sungguh lucu.

Btw saya awalnya memang agak ragu ingin nonton drama serial ini. Sebab termakan rumor yang mengatakan ada adegan yang cukup kejam dan sadis. Namun bagaimana yaa namanya manusia yang suka sekali ingin tahu meski agak takut, tapi tancap gas saja, hahaha.

Secara singkat drama ini bercerita tentang sekelompok orang yang mempertaruhkan dirinya untuk mendapatkan hadiah, berupa uang sekitar 45.6 Miliar Won atau 38,7 juta dolar Amerika.

Tiga Pion Karakter yang Membuat Squid Game Berkesan


Nah hadiah tersebut akan didapat ketika berhasil memenangkan tahap demi tahap dalam permainan. Btw, permainannya bukan yang amat menguras pikiran, sebenarnya sederhana sih yakni sebatas permainan anak-anak. Akan tetapi yang membuat permainan ini menjadi ngeri bila ada pemain yang kalah dalam permainan akan langsung membayar dengan nyawanya.

Dalam hal ini, nyawa seperti barang yang enggak ada harganya. Padahal ‘kan sekali nyawa hilang, lenyaplah segala hidup. Memang sih semua dilatarbelakangi oleh kondisi ekonomi yang carut marut, apalagi dalam drama Squid Game sebagian besar tokoh yang ikut dalam permainan ini merupakan orang-orang yang sangat kepepet memiliki uang instan. Kalau dipikir-pikir, memangnya siapa sih yang enggak suka dengan uang?

Meskipun demikian, drama ini berhasil membuka sudut pandang saya tentang uang dari berbagai karakter pemainnya. Dari banyaknya karakter dalam Drama Squid Game, ada tiga karakter yang membuat berkesan. Kira-kira siapakah ketiga karakter tersebut?

Abdul  Ali

Pertama Abdul Ali yang dideskripsikan sebagai seseorang yang tulus. Peran yang dimainkan oleh Tripathi Anupan menurut saya berhasil menarik empati penonton. Sebab karakter yang dibawakan sangat polos dan begitu lemah lembut.

Ali juga digambarkan sebagai seseorang yang mudah menolong tanpa pandang bulu, beradap baik dan tidak ingin merepotkan orang lain meski dirinya pun mengalami kesulitan. Dia seorang yang penuh tanggung jawab, terutama kepada keluarganya.

Sebagai seorang imigran, Ali berupaya untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Dia berharap dengan merantau bisa mensejahterahkan istri dan anaknya yang masih bayi. Namun sayang, diskriminasi terhadap orang asing masih terjadi dan membuat Ali tidak mendapatkan haknya dengan sesuai.

Perlakuan tersebut membuat Ali semakin terdesak. Kebutuhan yang semakin tak menentu membuat dia mengikuti permainan yang diiming-imingi uang tersebut.

Selain itu, saya mengamati karakter Abdul Ali sebagai orang yang selalu berpikir positif. Memang berpikir positif salah satu hal baik dan perlu dimiliki dalam kehidupan, tapi tak jarang orang yang demikian ini sering kali dimanfaatkan oleh orang lain. Dalam drama ini sebagai contoh ketika Ali bersedia mempercayakan kelerengnya kepada Sae Wo, tapi dia dikhiati sehingga Ali kalah di permainan kelereng dan hidupnya harus berakhir di tahap tersebut. Dalam drama Ali memang sudah meninggal, tapi kesan Ali masih hidup hingga Drama Squid Game selesai. right?

Kang Sae Byeok 

Kang Sae Byeok merupakan imigran pembelot asal negara tetangga–Korea Utara. Ayahnya tidak selamat dalam pelarian dan sang ibu masih menjadi tawanan sehingga dia hanya bertahan dengan adiknya yang dititipkan di panti asuhan.

Hidup tanpa orang tuanya tidak membuat Sae Byeok berdiam diri. Dia mencari peruntungan, tapi jalan tidak semudah itu. Dia akhirnya memutuskan menjadi seorang pencopet untuk bertahan hidup.

Peran Sae Byeok cukup penting dalam drama ini. Sebab menurut saya, posisi puncak konflik emosional sangat kuat pada peran Sae Byeok. Terlebih nih, Sae Byeok menjadi satu-satunya perempuan yang berhasil bertahan diurutan ketiga dari seluruh peserta. Keren ‘kan?

Mandiri dan Penyayang begitulah saya menggambarkan karakter perannya. Dia bertahan sampai titik darah penghabisan, tidak lain untuk kesejahteraan hidup bersama adiknya.

Kakek Oh Il Nam

Berbanding terbalik dari kisah Ali dan Sae Byeok yang mencoba bertahan hidup dan mencari kebahagiaan dari uang. Kisah Kakek Oh Il Nam mengajarkan saya bila uang tidak bisa menjadi tolak ukur seseorang bisa bahagia.

Loh kok begitu?

Bagi Teteman yang sudah nonton pasti pahamlah, drama yang dilatarbelakangi oleh masalah ekonomi ini mempunyai plot yang begitu mengagumkan. Saya sempat mengamati sih, kedudukan Kakek Oh Il Nam dalam drama yang menurut saya enggak akan menjadi sebatas tokoh peserta nomor urut pertama yang sakit-sakitan. Kedudukan Kakek cukup mendominasi dan sedikit aneh pada bagian drama ketika bisa mendamaikan peserta yang saling tuduh dan menyelematkan diri sendiri.

Btw saya lupa dibagian permainan yang tahap ke berapa, tapi yang jelas saat itu si Kakek seperti sudah paham situasi dan begitu akrab dengan ruangan yang ditempati.

Lantas tahu sendirilah endingnya bagaimana?

Kakek Oh Il Nam merupakan dalang dari segala permainan tersebut. Usut punya usut, dia merasa kurang bahagia meskipun telah mempunyai banyak harta. Diusianya yang senja, Oh Il Nam malah merasa kesepian dan ingin kembali ke masa lalu sehingga terciptalah sebuah permainan ini.

Well memang begitulah manusia, sering lupa dengan kata cukup dan selalu haus segala hal. Kata puas seperti barang langka yang telah sukar ditemukan, right? Apalagi kini teknologi semakin canggih dan terdepan, apa-apa sudah mulai bisa didapat secara cepat, instan dan praktis.

Enggak heran juga sih bila mampu mengubah cara berpikir dan membuat daya tahan terhadap rasa ingin memiliki pun kepuasan tiap orang menjadi berbeda-beda. Kemudian bisa jadi berdampak seperti kisah para tokoh di drama ini. sehingga uang seolah-olah menjadi raja segalanya.

Akan tetapi saya enggak akan menampik bila kedudukan uang itu penting. Dalam hidup semua memang berhubungan dan membutuhkan uang. Namun bahagia bukan bersumber dari uang. Bagi saya bahagia itu berasal dari rasa cukup dan tahu cara menikmati hidup.

Lalu apa sumber bahagia Teteman?

Hikmatul Ika

Manusia yang menyukai dunia kepenulisan, baik sebagai blogger dan Pengarang.

Post a Comment

Previous Post Next Post

Contact Form