Tindak Tutur

....
Guru: Sekarang tahun ajaran baru sudah mulai. Ada dua buku untuk anak-        
                           anak Bapak Ibu yang harus dibeli karena di sekolah belum tersedia.
Wali Murid 1: Maaf, Pak.., sekarang waktunya belum musim panen. ….
Wali Murid 2: Maaf, Pak, mungkin waktunya belum tepat. Apa bisa diundur?
Wali Murid 3: Maaf, Pak, apa belinya itu jangan sekarang, bulan depan karena
                           sedang sulit keuangannya.
....
Tindak-tindak tutur guru dan wali murid di atas dituturkan pada suatu peristiwa tutur rapat wali murid di suatu sekolah yang membahas persiapan memasuki tahun ajaran baru.
Pada tuturan wali murid 1,2,3 mengedepankan prinsip sopan santun. Dikatakan sebagai prinsip sopan santun dikarenakan wali murid 1,2,3 melakukan beberapa maksim, diantaranya maksim kemurahan hati, yang mana wali murid 1,2,3 berusaha untuk menghormati guru meski sejatinya mereka menolak untuk membeli buku. Maksim kerendahan hati yang menuntut wali murid 1,2,3 untuk tidak bersikap egois terhadap apa yang dituturkan oleh guru. Maksim kecocokkan, ketika wali murid 1,2,3 mencari jalan keluar atau kecocokkan mengenai tuturan yang diungkapkan oleh guru untuk membeli buku.
Tindak tutur guru menggunakan modus imperatif. Dikatakan sebagai modus imperatif karena pada tuturan guru memerintahkan seluruh wali murid untuk membeli buku yang belum tersedia di sekolah pada tahun ajaran baru.
Tindak tutur wali murid 1 menggunakan modus indikatif, karena wali murid 1 menyatakan sikap objektif mengenai dirinya yang belum memiliki uang untuk membeli buku dikarenakan belum musim panen.
Tindak tutur wali murid 2 menggunakan modus introgatif. Karena wali murid 2 menyatakan pertanyaan kepada guru mengenai rencana pengunduran pembelian buku yang belum tersedia di sekolah.
Tindak tutur wali murid 3 menggunakan modus optatif. Dikatakan sebagai modus optatif karena wali murid 3 berharap pembelian buku untuk tahun ajaran baru ditunda bulan depan, karena wali murid 3 sedang kesulitan dalam keuangan.
Kakak dan adik sedang berkeliling di toserba.
Adik : “Kak, baju batik itu bagus ya?”
Kakak: “Besok minta sama ibu.”
Pada contoh tindak tutur di atas termasuk konteks psikologis, karena pada situasi contoh tuturan di atas menyertai seperti marah, gembira dan sebagainya. Pada tindak tutur adik menyertai situasi pengharapan kepada Sang Kakak untuk membelikannya dia baju batik yang dibicarakan tersebut.
Daya pragmatik adik termasuk daya ilokusioner, yang berfungsi menyampaikan sesuatu dengan maksud untuk melakukan tindakan yang ingin dicapai oleh penuturnya pada waktu menuturkan sesuatu kepada mitra tutur. Dari contoh tindak tutur di atas, dikatakan daya pragmatik ilokusioner karena dengan tersirat adik mengatakan Kak, baju batik itu bagus ya? bermaksud untuk menyuruh kakaknya membelikan baju batik yang dimaksud.

Post a Comment

0 Comments