Mengurai Sudut Pandang (Review Novel After D-100 karya Park Mi Youn)

Park Mi Youn dengan karyanya yang berjudul After D-100 membuat saya kagum. Walaupun pada dasarnya novel ini merupakan karya pertamanya yang saya baca, hehe.

Seperti yang sudah-sudah, pertemuan saya dengan penulis asal Korea Selatan itu enggak terduga. Berawal iseng yang jadi kepincut dan takjub dengan dunia orang dewasa. *eh, orang dewasa gimana nih maksudnya? hehe. Pokoknya yang begitu rumitnya deh, haha.

Singkatnya, After D-100 bercerita tentang sebuah rumah tangga yang mulai kehilangan kendali dalam hal “kepercayaan” dan “keterbukaan”. You know-lah dalam sebuah hubungan, percaya dan terbuka kepada pasangan merupakan sebuah pondasi untuk memperkuat ikatan pernikahan, right?

Namun bagaimana jadinya, bila pondasi itu mulai terguncang, padahal sepasang suami istri ini dapat disebut sebagai pasangan sempurna?

Identitas buku

Judul Novel      : After D-100

Pengarang       : Park Mi Youn

Penerbit          : Penerbit Haru

Cetakan           : III, 2018

Tempat Terbit : Depok

Tebal               : ± 376 hlm.

 

Review Novel After D-100 karya Park Mi Youn

Kejadian ini di awali oleh sang istri Kang Gyung Hee yang berhasil membuka sisi misterius suaminya–Lee Jung Chul. Ketika itu Gyung Hee tidak sengaja menemukan buku catatan, dokumen-dokumen dan sebuah album foto yang diantaranya terdapat foto wanita (mantan kekasih Jung Chul saat kuliah) di laci kerjanya.

Selian itu, pada lain kesempatan Gyung Hee tidak sengaja mendengar percakapan antara kakak dan suaminya. Fyi, Jung Chul merupakan teman dekat kakak Gyung Hee waktu kuliah. Dalam percakapan tersebut, Jung Chul berterus terang mengatakan bila dia tidak mencintai Gyung Hee. Walaupun begitu dia sangat berterima kasih. Sebab dari pernikahan mereka Jung Chul banyak dibantu oleh ayah mertua untuk membangun kembali usaha yang sedang dia rintis.

Btw, Gyung Hee dan Jung Chul merupakan keturunan konglomerat. Jung Chul seorang anak tunggal dan Gyung Hee anak bungsu yang begitu dicintai ayahnya. Jadi enggak heran bila ayah Gyung Hee begitu ringan tangan membantu Jung Chul (seorang yang dicintai gadisnya).

Menemukan, mendengar dengan kedua mata dan telinganya sendiri membuat Gyung Hee merasa tersakiti. Kendati tidak langsung meminta cerai, Gyung Hee berubah sikap yang biasanya begitu menyanjung sang suami kini mulai cuek. Kemudian Gyung Hee yang sejak pernikahannya tidak pernah meminta apapun, kini minta dibelikan toko yang akan dia gunakan untuk berjualan tas. Semua ini tak lain sebagai rencana Gyung Hee yang akan menggugat cerai suaminya dihari ke 100 dari peringatan dua tahun pernikahan mereka.

Perjalanan menuju hari ke-100 ternyata penuh lika-liku. Selain alot merayu Jung Chul untuk membeli toko, tanpa dinyana mantan kekasih Jung Chul muncul tidak terduga. Mina datang seperti ingin kembali menggoda Jung Chul. Semakin cemburu dan marahlah Gyung Hee, sehingga dia bertambah cuek kepada Jung Chul begitu pula Jung Chul bertambah dingin dari biasanya.

Selain konflik terhadap suaminya, Gyung Hee selalu mendapat cercaan dari ibu mertuanya karena sampai saat ini belum mendapat keturunan. You know-lah, Jung Chul anak tunggal yang selalu menjadi harapan orang tuanya. Kalau enggak dari Jung Chul dari mana lagi penerus keluarga mereka?

Akan tetapi enggak tahu kenapa terasa begitu aneh. Masalah keturunan toh bukan tanggung jawab istri saja, mengapa pihak wanita yang selalu disalahkan? Kenapa wanita yang selalu didesak begini dan begitu? Toh, bisa jadi ada yang bermasalah di salah satu pihaknya bukan? Bisa pula keduanya, right?

Dalam hal ini, Gyung Hee sudah sering berdiskusi dengan Jung Chul. Akan tetapi tidak mendapat respon yang diinginkan. Jung Chul seperti menyerah, dia mengatakan bila tidak apa-apa kalau mereka tidak mempunyai keturunan dan hidup seperti ini saja. Kalau pun ingin diusahakan lagi, toh Gyung Hee sudah melakukan konsultasi dan melakukan berbagai hal dengan sepupunya (yang kebetulan seorang dokter).

Dilain waktu pernah pula Gyung Hee mengajak Jung Chul untuk tes kesuburan. Ajakan tersebut membuat Jung Chul marah. Sejak saat itu Gyung Hee tidak merekomendasikannya lagi. Emm... lagi pula kata dokter, Gyung Hee memang memiliki kesempatan hamil yang kecil, sehingga menurut Jung Chul dialah yang perlu diperiksa, baik dari pengobatan, uji lab dan tes medis lainnya.

Hingga suatu ketika, Gyung Hee mengetahui satu fakta yang begitu mengejutkan. Satu fakta yang bukan saja menyakiti Gyung Hee, tapi ayah mertuanya. Dari satu fakta inilah yang membuat Gyung Hee tidak merasa goyah untuk menggugat sang suami, walaupun Jung Chul memohon untuk tidak diceraikan.

Kira-kira ada yang bisa menebak enggak fakta apa yang diketahui Gyung Hee?

Satu fakta ini sangat menyanyat hati. Sepupu Jung Chul yang dipercaya untuk mencari jalan keluarnya malah memanfaatkan situasi. Gyung Hee menjadi bahan percobaan sepupu Jung Chul yang awalnya masih mempunyai kesempatan 1% untuk bisa hamil, akibat malpraktik sepupu Jung Chul kini berubah menjadi 0%. Kemudian yang membuat lebih mengejutkan lagi adalah Jung Chul selama ini menyembunyikan fakta bila dia menderita kemandulan (asthenospermania).

 Asthenospermania ialah hilangnya atau berkurangnya gerak sel sperma. You know-lah sel sperma itu harus bergerak agar menembus sel telur, tapi 90% sperma Jung Chul yang telah diuji kala itu tidak mempunyai kemampuan tersebut.

Setelah mengetahui dirinya mandul, Jung Chul pergi ke rumah sakit kejiwaan. Di sana dia didiaknosis mengalami impotensi sindrom othello yang diakibatkan oleh stess berat karena tidak bisa menerima kenyataan bila dirinya mandul hingga berpengaruh pada alat kelaminnya. Dari berbagai peristiwa yang dialaminya tersebut, sehingga Jung Chul pun beranggapan bila dia bukanlah laki-laki dan seseorang yang berarti.

Ayah Gyung Hee yang tahu masalah ini bukan hanya marah, dia meminta keduanya untuk bercerai. Gyung Hee menyetujuinya, walaupun masih mencari berbagai penjelasan dari sang suami yang misterius tersebut.

Kendati demikian, mereka akhirnya bercerai. Gyung Hee memilih untuk pulang ke rumah orang tuanya sedangkan Jung Chul kembali mengalami stress dan  menjalani pengobatan di rumah sakit kejiwaan.

Namun pada akhirnya, setelah Jung Chul merasa dirinya pulih dan menerima semua yang terjadi dalam hidupnya, dia baru sadar bila selama ini ternyata begitu mencintai Gyung Hee. Dia mencoba mengambil hatinya meski tidak mudah. Apalagi harus berhadapan dengan ayah Gyung Hee lagi ‘kan? Akan tetapi mereka kembali bersama sebagai pasangan kekasih dan memutuskan mengadopsi anak untuk melengkapi keluarga kecil mereka. It’s happy ending.

Sejujurnya saya enggak membahayangkan akan disuguhkan novel dengan jalan cerita yang begitu kompleks. Saya kira plotnya begitu-begitu saja, tapi banyak hal yang enggak bisa ditebak. Masalah malpraktik sepupu Jung Chul misalnya dan penyajian cerita dari sudut pandang kedua tokoh yang membuat novel ini menjadi menarik untuk dibaca.

Di awal-awal, para pembaca memang digiring untuk membenci, dibuat muak, marah kepada tokoh laki-laki. Namun siapa nyana, bila tokoh laki-laki mempunyai jalan cerita yang rumit pula?

Dari perjalanan hidup Jun Chul saya menemukan pemahaman baru tentang manusia. Manusia yang terlihat baik-baik saja, belum tentu baik dari kacamata yang memandangnya. Sebab bisa jadi dia sedang bertarung dengan diri sendiri, isi kepalanya sendiri dan mencari celah sendiri dalam perjalanannya menuju pulih.


Hikmatul Ika

Manusia yang menyukai dunia kepenulisan, baik sebagai blogger dan Pengarang.

Post a Comment

Previous Post Next Post

Contact Form