ANALISIS FEMINISME GENDER DALAM NOVEL CINTA DALAM GELAS KARYA ANDREA HIRATA



BAB I Pendahuluan

Latar belakang

Dalam Wikipedia novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. Dari rangkaian cerita tersebut timbullah berbagai macam genre, salah satunya feminisme. Feminisme merupakan suatu paham yang menuntut kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Bahkan paham ini memiliki bentuk-bentuk teori  tersendiri, salah satunya bentuk teori gender.

Novel Cinta Dalam Gelas karya Andrea Hirata merupakan salah satu karangan prosa yang mempunyai cerita tentang feminisme. Akan tetapi, lebih menarik jika dianalisis menggunakan teori gender. Hal ini dikarenakan, tokoh dalam cerita yakni Enong berusaha untuk mematahkan ketimpangan antara laki-laki dan perempuan. Sehingga, teori gender menjadi fokus utama dalam menganalisis penelitian kali ini.

Rumusan masalah

apa definisi dari feminisme? 
apa saja bentuk-bentuk dari feminisme? 
bagaimana analisis feminisme gender dalam novel cinta dalam gelas karya andrea hirata? 

Tujuan

untuk mengetahui pengertian dari feminisme
untuk mengetahui bentuk-bentuk dari feminisme
untuk mengetahui analisis feminisme gender dalam novel cinta dalam gelas karya andrea hirata

BAB II Pembahasan

2.1 Definisi feminisme
Feminisme berasal dari kata Latin, yaitu femina yang berarti memiliki sifat keperempuan. Feminisme adalah paham atau keyakinan bahwa perempuan benar-benar bagian dari alam manusia, bukan dari yang lain yang menuntut kesetaraan dengan laki-laki dalam setiap aspek kehidupan, tanpa melihat kodrat dan fitrahnya (Nuryati, 2015).

Feminisme menurut Manggi Humin adalah sebuah ideologi pembebesan perempuan karena yang melekat dalam semua pendekatannya adalah keyakinan bahwa perempuan mengalammi ketidakadilan karena jenis kelamin. Adapun menurut Mansour Fakih, feminisme adalah gerakan dan kesadaran yang berangkat dari asumsi bahwa kaum perempuan pada dasarnya ditindas dan di eksploitasi, serta usaha untuk mengakhiri penindasan dan eksploitasi tersebut (Nuryati, 2015).

2.2 Feminisme dalam Berbagai Bentuk
Menurut  Anshori, Kosasih dan  Sarimaya (dalam ) beberapa pendekatan teori feminis  sebagai berikut:

2.3.1 Teori Dasar Feminis (Mainstream Feminist Theory)
Mainstream feminist menyatukan materi studi-studi perempuan ke dalam materi kurikulum tradisional atau konvensional dalam wujud kosakata yang dimodifikasi, direkonstrusi, dikembangkan dan diseimbangkan. Permainan kosakata ini secara tidak langsung menyatakan bahwa perempuan berada di luar mainstream kurikulum konvensional. Hal ini menjadi petunjuk lain bahwa ilmu pengetahuan tentang feminis merupakan suatu penghormatan yang memiliki satu aliran pokok (dari banyak aliran).

2.3.2 Teori Feminis Sosialis (Socialist Feminist Theory)
Menurut Ihromi (dalam Emzir, 2016) feminis sosialis adalah bahwa hidup dalam masyarakat yang kapitalistik bukan satu-satunya penyebab utama keterbelakangan perempuan sebagai perempuan. Selain di negara-negara kapitalis, di negara-negara sosialis, para perempuan juga terjun dalam pasaran tenaga kerja dan sebagian besar secara ekonomi mereka sudah mandiri, namun dalam kenyataannya mereka masih hidup dalam lingkungan system patriarki.

2.3.3 Teori Feminis Gemulai (Soft Feminist Theory)
Soft feminist merupakan pencitraan perempuan abad ke-19 yang menerima dan menyambut gembira perubahan dalam penafsiran agama dan perubahan nilai-nilai dalam masyarakat. Akan tetpai, pada saat yang bersamaan mereka tetap menerima pencitraan perempuan dan sifat keperempuanan sebagai sesuatu yang bersifat alami, dengan suatu tujuan hakiki mengabdikan diri dan menjalani tugas-tugas pengasuhan (nurture). Menurut Anshori, Kosasi dan Sarimaya (dalam Emzir, 2016) feminis tersebut banyak mengambil simpatik kaum perempuan bergerak dalam berbagai kegiatan sosial, tetapi dengan tetap memerhatikan Batasan “ruang gerak”. Sifat mendua ini menimbulkan kontradiksi gerakan, yaitu perempuan ditantang untuk memperoleh ruang gerak tetapi pada saat bersamaan dibatasi dimensi ruang gerak.

2.3.4 Teori Feminis Radikal (Radikal Feminist Theory)
Pada dasarnya feminis radikal memberi perhatiannya kepada permasalahan perempuan yang berkaitan dengan masalah reproduksi dan seksualitas perempuan. Perbedaan teori radikal feminis dan teori feminis lainnya ialah pernyataan mereka tentang penindasan terhadap kaum perempuan sebagai suatu persoalan yang bersifat fundamental.

2.3.5 Teori Feminis Liberal (Liberal Feminist Theory)
Feminisme liberal pertama kali dirumuskan oleh Mary Wollstonecraft. Feminis liberal merupakan penganjur berbagai perubahan sosial seperti kesamaan hukum antarjenis kelamin, kesamaan upah (untuk jenis pekerjaan yang sama) dan kesamaan kesempatan kerja. Feminis liberal menolak bahwa kesamaan menyeluruh memerlukan perubahan radikal dalam pranata dasar. Perubahan tersebut misalnya, kapitalis, keluarga biologis, perkawinan monogami, ibu biologis dengan asumsi dasar bahwa pengasuhan anak tetap harus dilakukan oleh permpuan.

2.3.6 Teori Gender (Gender Theory)
Gender adalah suatu konsep yang menunjukkan pada suatu sistem peranan dan hubungannya antara perempuan dan laki-laki yang tidak ditentukan oleh perbedaan biologis akan tetapi oleh lingkungan sosial, politik, dan ekonomi. Sedangkan perspektif gender adalah untuk membedakan segala sesuatu yang normatif dan biologis dan segala sesuatu yang merupakan produk sosial budaya dalam bentuk proses kesepakatan normative dan sosial yang dapat ditransformasikan. (Emzir, 2016)

2.3 Analisis feminisme gender dalam novel cinta dalam gelas karya andrea hirata

Seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, bahwa gender adalah suatu konsep yang menunjukkan pada sutau sistem peranan dan hubungannya antara perempuan dan laki-laki yang tidak ditentukan oleh perbedaan biologis akan tetapi oleh lingkungan sosial, politik, dan ekonomi. Dari hal tersebut, novel cinta dalam gelas karya Andrea hirata terdapat paham feminisme utamanya teori gender. Hal tersebut dapat ditemukan dari tokoh utama yang berusaha menghapuskan ketimpangan antara laki-laki dan perempuan. Sang tokoh berupaya menunjukkan bahwa perempuan tidak berbeda dari laki-laki. Kaum perempuan dapat mengambil peran sebagai laki-laki, salah satu contohnya dapat bekerja. Bahwa perempuan pun berhak sekolah, dan belajar tanpa batasan usia. 

Pembelaan ketimpangan gender dalam Novel Cinta Dalam Gelas dipelopori oleh Enong atau Maryamah. Pada saat itu kedudukan perempuan di Belitong masih di bawah laki-laki. Bahkan, keputusan Maryamah dalam menghapuskan ketimpangan tidak berjalan mulus, ada yang pro maupun kontra. Namun hal tersebut tidak membuat Maryamah patah semangat. Dia malah semakin semangat dan ingin tahu segalanya, apalagi untuk bertanding bermain catur , mendulang timah, apalagi untuk belajar bahasa Inggris.

Adapun contoh kutipan sebagai berikut.

Aku mau belajar main catur. Aku mau bertanding 17 Agustus nanti. Aku mau menantang Matarom.” Kami terperangah. “Ya, aku mau melawan mereka,” katanya lagi sambil menunjuk pria-pria yang terbahak-bahak mengelilingi papan catur itu. Ia mengucapkannya dengan ringan, seolah mengatakan ingin memompa ban sepeda yang kempes, sementara kami macam disambar petir.
“Mustahil. Catur itu mainan otak. Mainan orang pintar, orang kantoran. Lagi pula mana pernah perempuan main catur di kampung ini?” (Hirata, 2017:46)

Dalam contoh kutipan di atas masih ada ketimpangan gender. Kaum laki-laki pada saat itu masih menganggap bahwa perempuan adalah makhluk yang lemah. Bahwa bermain catur adalah bertandingan yang hanya dilakukan oleh kaum laki-laki. Karena memang, belum pernah sekalipun dalam sejarah Belitong perempuan ikut bertanding, apalagi melawan laki-laki. Di Belitong pun, perempuan jika berkaitan dengan catur hanya untuk menghidangkan kopi saat suami main catur bersama teman-temannya, kemudian membereskan meja yang berantakan ketika tengah malam. Begitulah kedudukan perempuan di sana waktu itu.

Akan tetapi Maryamah membuktikan, bahwa perempuan bisa seperti laki-laki. Tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan kecuali jenis kelamin. Bagi Maryamah, perempuan bisa melakukan apa saja, tidak terkecuali bertanding bermain catur. Berikut contoh kutipannya dalam Novel Cinta Dalam Gelas karya Andrea Hirata.

“Pada tahun berikutnya, Maryamah kembali menggulung Matarom di final. Perempuan lain mulai ikut bertanding pada kejuaran catur peringatan hari kemerdekaan 17 Agustus. Tak ada pertentangan dari siapa pun, namun mereka wajib mengenakan burkak dan papan pertandingan mereka tetap dibatasi selendang. Paman adalah orang yang paling keras memperjuangkan mereka.” (Hirata, 2017:305)

Kemudian dalam hal pekerjaan. Enong atau disebut Maryamah jugalah yang mempeloporinya. Seperti yang dijelaskan sebelumnya pekerjaan bukanlah suatu perbedaan yang perlu diperdebatkan. Enong bekerja sebagai pendulang timah sejak kecil setelah ayahnya meninggal. Sebagai anak sulung dia membantu ibunya untuk membiayai kehidupan sehari-hari.

Enong tetap bekerja sebagai pendulang timah. Namun, ia tak lagi satu-satunya perempuan. Sekarang dengan mudah ditemukan perempuan di ladang tambang. Enonglah yang memulai semua itu. (Hirata, 2017:18)

Selanjutnya tentang pendidikan. Sebagai salah satu tulang punggung keluarga Enong memilih untuk bekerja sebagai pendulang timah. Namun, dia menyempatkan waktu untuk belajar bahasa Inggris. Dia kursus bahasa Inggris dua kali seminggu di Tanjong Pandang. Dia bahkan tidak pernah bolos sekalipun. Berkat tekadnya tersebut, Maryamah menuai hasil yang begitu membanggakan. Seperti yang tertera pada kutipan berikut ini.

“Lulusan terbaik kelima,” Kata Bu Indri. Ia menunda menyebutkan namanya, mungkin karena sangat istimewa. Wajahnya tegang bercampur gembira.
“Maryamah binti Zamzami,” Enong menutup mulutnya. Matanya terbelalak. Ia sangat terkejut namanya disebut Bu Indri.” (Hirata, 2017:33-34)

BAB III Penutup

3.1 Kesimpulan
Feminisme adalah paham atau keyakinan bahwa perempuan benar-benar bagian dari alam manusia, bukan dari yang lain yang menuntut kesetaraan dengan laki-laki dalam setiap aspek kehidupan, tanpa melihat kodrat dan fitrahnya (Nuryati, 2015).

Adapun bentuk-bentuk dari feminisme, antara lain: (1) teori dasar feminis (Mainstream Feminist Theory) menyatakan bahwa perempuan berada di luar mainstream kurikulum konvensional. (2) teori feminis sosialis (Socialist Feminist Theory) menurut Ihromi (dalam Emzir, 2016) bahwa hidup dalam masyarakat yang kapitalistik bukan satu-satunya penyebab utama keterbelakangan perempuan sebagai perempuan. (3) teori feminis gemulai (Soft Feminist Theory) merupakan pencitraan perempuan abad ke-19 yang menerima dan menyambut gembira perubahan dalam penafsiran agama dan perubahan nilai-nilai dalam masyarakat. (4) teori feminis radikal (Radikal Feminist Theory) permasalahan perempuan yang berkaitan dengan masalah reproduksi dan seksualitas perempuan. (5) teori feminis liberal  (Liberal Feminist Theory) merupakan penganjur berbagai perubahan sosial seperti kesamaan hukum antarjenis kelamin, kesamaan upah (untuk jenis pekerjaan yang sama) dan kesamaan kesempatan kerja. (6) teori gender (Gender Theory) suatu konsep yang menunjukkan pada suatu sistem peranan dan hubungannya antara perempuan dan laki-laki yang tidak ditentukan oleh perbedaan biologis akan tetapi oleh lingkungan sosial, politik, dan ekonomi.

Dalam analisis feminisme gender Novel Cinta Dalam Gelas karya Andrea Hirata , bahwa tokoh Enong mempelobori pembelaan mengenai ketimpangan gender Yang pada saat itu kedudukan perempuan di Belitong masih di bawah laki-laki. Bahkan, keputusan Maryamah dalam menghapuskan ketimpangan tidak berjalan mulus, ada yang pro maupun kontra. Namun hal tersebut tidak membuat Maryamah patah semangat. Dia malah semakin semangat dan ingin tahu segalanya, apalagi untuk bertanding bermain catur, mendulang timah, apalagi untuk belajar bahasa Inggris.

Daftar pustaka

Emzir, dan Rohman,Saifur.2016.Teori dan Pengajaran Sastra.Jakarta : Rajawali Pers.
Hirata, Andrea.(2017).Cinta Dalam Gelas.Yogyakarta: Penerbit Bentang Pustaka.
Nuryati. (2015). Feminisme Dalam Kepemimpinan. Istinbath, 162.

Hikmatul Ika

Manusia yang menyukai dunia kepenulisan, baik sebagai blogger dan Pengarang.

Post a Comment

Previous Post Next Post

Contact Form