KEGIGIHAN CINTA DAN RASA MEMILIKI: LAISA DALAM NOVEL BIDADARI-BIDADARI SURGA KARYA TERE LIYE

Abstrak
Masalah dalam penelitian ini adalah menunjukkan kegigihan tokoh Laisa dalam Novel
Bidadari-bidadari Surga karya Tere Liye dengan menggunakan teori psikologi humanistik Abram Maslow tentang kebutuhan bertingkat manusia dengan fokus penelitian kebutuhan akan cinta dan memiliki. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dan jenis penelitian yang digunakan yakni kepustakaan. Hasil pembahasan dalam penelitian ini, bahwa tokoh Laisa sangat gigih menunjukkan cinta dan memiliki kepada keluarga. Kepedulian Laisa lebih dari bagaimana dia memperhatikan orang lain daripada diri sendiri. Sebagai seorang kakak, Laisa dapat dikatakan berhasil memberikan teladan kepada keempat adik-adiknya. Bahkan Laisa telah berhasil menunjukkan, bahwa cinta dan memiliki merupakan kekuatan dalam keluarga.

Kata kunci: penerapan novel bidadari-bidadari Surga, humanistik, psikoeksplonatori


PENDAHULUAN
Purwanto, (2007:1) berpendapat bahwa psikologi berarti ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia, yang dimaksud dengan tingkah laku ialah segala kegiatan, tindakan, perbuatan manusia baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan, yang disadari maupun yang tidak disadari. Termasuk di dalamnya: cara ia berbicara, berjalan, berfikir/mengambil keputusan, cara ia melakukan sesuatu, cara bereaksi terhadap segala sesuatu yang datang dari luar dirinya maupun dari dalam dirinya. Dalam hal ini pengarang membutuhkan psikologi sebagai objek dalam karyanya. Sebagai implementasi dan cerminan dalam kehidupan.

Karya sastra dari penulisan pengarang berhubungan dengan realitas kehidupan masyarakat dalam hal ini manusia. Dengan demikian, karya sastra tidak hanya dianggap sebagai suatu karya seni yang diekspresikan melalui pengalaman-pengalaman kehidupan dalam masyarakat, tetapi juga sebagai suatu karya kreatif yang sering dikaitkan dengan gejala-gejala kejiwaan dalam hal ini sikap dan perilaku manusia. Oleh karena itu, karya sastra disebut sebagai gejala (penyakit) kejiwaan. Sebagai suatu karya sastra, novel mempunyai pengaruh dalam kehidupan bermasyarat. Hal ini dikarenakan banyak novel maupun karya sastra lain yang mengangkat masalah kehidupan.

Seperti halnya dalam Novel Bidadari-bidadari Surga karya Tere Liye. Pada novel ini tokoh Laisa menunjukkan sikap tanggung jawab dan sebagai seorang kakak terhadap adik-adiknya. Bukan hanya itu, novel ini semakin menarik untuk dikaji melalui psikologi humanistik Abraham Maslow dalam menggali lebih jauh seperti apakah karakter Laisa dalam kebutuhan akan rasa cinta dan memiliki dalam novel ini. Karena sebagai seorang manusia kebutuhan akan rasa cinta dan memiliki adalah kebutuhan yang perlu dipenuhi. Individu berhak untuk mencintai dan dicintai oleh individu lain.

Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah dalam peneletian ini adalah mengenai: (1) pengertian psikologi humanistik Abraham Maslow; (2) kebutuhan bertingkat manusia menurut Abraham Maslow; (3) analisis kegigihan cinta dan rasa memiliki: Laisa dalam Novel Bidadari-bidadari Surga karya Tere Liye.

Berdasarkan rumusan masalah di atas, berikut tujuan makalah ini: (1) menambah wawasan pembaca tentang psikologi humanistik Abraham Maslow. (2) menambah wawasan pembaca tentang kebutuhan bertingkat manusia menurut Abraham Maslow. (3) menambah pengetahuan mengenai analisis kegigihan cinta dan rasa memiliki: Laisa dalam Novel Bidadari-bidadari Surga karya Tere Liye.


PEMBAHASAN
Kajian Pustaka
Pengertian psikologi humanistik
Istilah psikologi humanistik diperkenalkan oleh sekelompok ahli psikologi yang pada awal tahun 1960-an bekerja sama di bawah kepemimpinan Maslow dalam mencari alternatif dari dua teori yang sangat berpengaruh, yaitu teori psikoanalisa dan behaviorisme. Meskipun tokoh-tokoh gerakan ini memiliki pandangan yang berbeda-beda, tetapi mereka berpijak pada konsepsi fundamental yang sama mengenai manusia, yang berakar pada salah satu aliran filsafat modern yaitu eksistensialisme.

Maslow (dalam Koeswara, 1991:113) menyatakan bahwa setiap manusia adalah satu kepribadian secara keseluruhan yang integral, khas, dan terorganisasi, yang menunjukkan eksistensi manusia memiliki kebebasan untuk memilih tindakan, menentukan sendiri nasib atau wujud dari keberadaannya, serta bertanggung jawab atas pilihan dan keberadaannya itu. Adapun kepribadian menurut Maslow (dalam Koeswara, 1991:116) adalah sebagai lukisan penggunaan dan pemanfaatan secara penuh bakat, kapasitas-kapasitas dan potensi-potensi.

Setiap manusia, dengan demikian, bebas membuat pilihan yang terbaik bagi diri pribadi sehingga terhindar dari kesengsaraan, keterasingan, kebosanan, kecemasan, rasa bersalah, dan penderitaan-penderitaan lain. Penderitaan-penderitaan akan segera menghilang apabila manusia berusaha keras untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dalam mencapai tujuan sehingga timbul rasa kepuasan dan hidup menjadi penuh makna.

Psikologi humanistik adalah ajaran bahwa manusia atau individu harus dipelajari sebagai keseluruhan yang integral, khas, dan terorganisasi. Maslow mengembangkan teorinya dengan bertumpu pada prinsip holistik, suatu prinsip yang berasal dari psikologi gestalt. Maslow (dalam Koeswara, 1991:118) menjelaskan bahwa banyak tingkah laku manusia yang dapat diterangkan dalam memperhatikan tendensi individu untuk mencapai tujuan-tujuan personal yang membuat kehidupan bagi individu yang bersangkutan penuh makna dan memuaskan. Bagi manusia kehidupan yang penuh makna sangat dibutuhkan karena dengan ini maka muncullah sebuah peristiwa hidup yang nanti melahirkan pemikiran untuk mencapai sebuah kepuasan. Kepuasan itu sifatnya sementara jika suatu kebutuhan telah terpuaskan kebutuhan-kebutuhan yang lainnya akan muncul menuntut pemuasan begitu seterusnya. Berdasarkan ciri yang demikian, gagasan Maslow mengenai kebutuhan yang ada pada manusia adalah merupakan bawaan, tersusun menurut tingkatan atau bertingkat.

Kebutuhan Bertingkat Manusia Menurut Abraham Maslow

Menurut Maslow tingkah laku manusia lebih ditentukan oleh kecenderungan individu untuk mencapai tujuan agar kehidupan si individu lebih berbahagia dan sekaligus memuaskan (2016:49). Maslow (dalam Koeswara, 1991:109) berpendapat bahwa motivasi kepribadian terbentuk karena adanya lima kebutuhan pokok yang terdapat dalam psikologi humanistik. Masalahnya yang terpenting, menurut Maslow (dalam Albertine, 2016:50) ialah seseorang harus terlebih dahulu mencapai kebutuhan yang paling mendasar sebelum mencapai kebutuhan atasnya. Secara rinci tingkatan kebutuhan dalam diri individu oleh Maslow (Koeswara, 1991:118) disusun secara bertingkat sebagai berikut:

Kebutuhan-kebutuhan Dasar Fisiologis (Physiological needs)
Kebutuhan-kebutuhan fisiologis adalah sekumpulan kebutuhan dasar yang paling mendesak pemuasannnya karena berkaitan langsung dengan pemeliharaan biologis dan kelangsungan hidup. Adapun kebutuhan-kebutuhan dasar fisiologis yang dimaksud antara lain kebutuhan akan makanan, air, oksigen, aktif, istirahat, keseimbangan temperatur, seks, dan kebutuhan akan stimulasi sensoris. Jika kebutuhan fisiologis ini tidak terpenuhi atau belum terpuaskan, maka individu tidak akan bergerak untuk bertindak memuaskan kebutuhan-kebutuhan lain yang lebih tinggi.

Kebutuhan akan Rasa Aman (need for self-security)
Kebutuhan akan rasa aman ini adalah sesuatu kebutuhan yang mendorong individu untuk memperoleh ketentraman, kepastian, dan keteraturan dari keadaan lingkungannya.

Kebutuhan akan Cinta dan Memiliki (need for love and belonging)
Kebutuhan individu akan rasa cinta dan rasa memiliki adalah suatu kebutuhan yang mendorong individu untuk mengadakan hubungan efektif atau ikatan emosional dengan individu lain, baik dengan sesama jenis maupun dengan yang berlawanan jenis, di lingkungan keluarga ataupun di lingkungan kelompok di masyarakat. Individu berhak untuk mencintai dan dicintai oleh individu lain.

Kebutuhan akan Harga Diri (need for self-esteem)
Kebutuhan akan rasa harga diri dibagi ke dalam dua bagian. Bagian pertama adalah penghormatan atau penghargaan dari diri sendiri, dan bagian yang kedua adalah penghargaan dari orang lain. Bagian pertama mencakup hasrat untuk memperoleh kompetensi, rasa percaya diri, kekuatan pribadi, adekuasi, kemandirian, dan kebebasan. Individu ingin mengetahui atau yakin bahwa dirinya berharga serta mampu mengatasi segala tantangan dalam hidupnya. Salah satunya adalah prestasi, dalam hal ini individu butuh penghargaan atas yang dilakukannya berkaitan dengan prestasi yang dimiliki.

Kebutuhan akan Aktualisasi Diri (need for self actualization)
Kebutuhan untuk mengungkapkan diri atau aktualisasi diri merupakan kebutuhan manusia yang paling tinggi. Kebutuhan individu akan aktualisasi diri dapat diartikan sebagai hasrat individu untuk menjadi orang yang sesuai dengan keinginan dan potensi yang dimilikinya untuk menyempurnakan dirinya melalui pengungkapan segenap potensi yang dimiliki.

METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Dikatakan deskriptif karena dalam penelitian ini, peneliti mendeskripsikan data yang akan dianalisis berupa aspek psikomimetik sastra melalui teori humanistik Abraham Maslow dalam Novel Bidadari-bidadari Surga karya Tere Liye. Kemudian dikatakan kualitatif karena dalam menjelaskan konsep-konsep yang berkaitan satu sama lain dengan menggunakan kata-kata atau kalimat bukan menggunakan angka-angka statistik.

Adapun jenis penelitian yang digunakan yakni penelitian kepustakaan. Karena penelitian ini didukung referensi berupa buku-buku sebagai penunjang atau pun tulisan-tulisan yang relevan dengan pembahasan dan sebuah novel. Data dalam penelitian ini adalah data tertulis yaitu berupa kutipan atau dialog-dialog tokoh yang terdapat dalam Novel Bidadari-bidadari Surga karya Tere Liye yang berkaitan dengan psikoeksplanatori berdasarkan analisis psikologi humanistik Abraham Maslow. Sumber data dalam penelitian ini adalah novel yang berjudul Bidadari-bidadari Surga karya Tere Liye, yang diterbitkan oleh Penerbit Republika Jakarta 2016 dengan tebal 363 halaman.

Selanjutnya teknik pengumpulan data yang digunakan sebagai berikut:
Teknik baca yakni teknik yang dilakukan dengan cara membaca Novel Bidadari-bidadari Surga secara saksama.

Teknik catat yakni peneliti mencatat data yang ditemukan dari hasil bacaan.
Teknik analisis data yaitu menggunakan pendekatan psikologi sastra berdasarkan kajian teori kebutuhan menurut Abraham Maslow untuk menganalisis psikoeksplanatori dalam novel. Analisis dilakukan dengan cara mengidentifikasi data berupa dialog-dialog, kalimat, frase dan kata-kata tokoh dalam Novel Bidadari-bidadari Surga karya Tere Liye. Menganalisis data-data yang ditemukan menggunakan teori Psikologi Humanistik Abraham Maslow.  Selanjutnya, deskripsi data dipaparkan dalam bentuk narasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis kegigihan cinta dan rasa memiliki Laisa dalam Novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye

Kebutuhan individu akan rasa cinta dan rasa memiliki adalah suatu kebutuhan yang mendorong individu untuk mengadakan hubungan efektif atau ikatan emosional dengan individu lain, baik dengan sesama jenis maupun dengan yang berlawanan jenis, di lingkungan keluarga ataupun di lingkungan kelompok di masyarakat. Individu berhak untuk mencintai dan dicintai oleh individu lain.

Kebutuhan akan cinta dan memiliki juga dapat ditemukan dalam Novel Bidadari-bidadari Surga karya Tere Liye pada kutipan-kutipan berikut ini:

“Mereka terbiasa dengan semua keterbatasan. Terbiasa dengan kehidupan
terpencil. Jadi wajar sajalah melihat dua anak perempuan merambah hutan di
pagi buta. Pemandangan lumrah lembah ini! anak-anaknya tumbuh dan akrab
dengan kehidupan sekitar. Tadi selepas salat shubuh berjamaah, persis saat
perkampungan masih gelap, selepas belajar mengaji Juz’amma dengan mamak,
Kak Laisa akhirnya bilang akan menemani Yashinta pergi melihat berang-
berang. Kabar yang membuat Yashinta langsung berseru riang tak henti selama
lima menit. Bergegas melepas mukena kumalnya.” (Tere, 2016:41-42)

Kutipan di atas telah menunjukkan salah satu sikap akan cinta dan memiliki Laisa terhadap adiknya yang bernama Yashinta. Digambarkan saat Laisa menemani Yashinta untuk melihat berang-berang. Dalam keadaan lembah yang masih gelap, Laisa bersedia mengantarkan Yashinta, yang tentu saja akan membuat dia senang.

Sebagai seorang kakak, dalam kutipan tersebut karakter yang dimiliki Laisa menjadi salah satu hal yang menjadikan dirinya sebagai sosok yang gigih dalam menunjukkan cinta dan memiliki, terutama dalam lingkungan keluarga dan antarsaudara. Laisa tidak peduli walau saat itu lembah masih gelap, akan tetapi demi rasa cinta dan memiliki juga ingin memberikan kebahagiaan untuk Yashinta.

“Dalimunte mungkin tidak akan pernah tahu. Tidak pernah! Kak Laisa sama
gugupnya seperti dia, sama gemetarnya bicara di tengah-tengah balai kampung
itu. Tetapi Kak Laisa tidak akan pernah membiarkan adik-adiknya kecewa.
  Tidak akan pernah membiarkan adiknya merasa malu. Jika harus ada yang
  kecewa dan malu, itu adala ia. Bukan adik-adiknya. Bagi Laisa, sejak babak
pergi, hidupnya amat sederhana. Adik-adiknya berhak atas masa depan yang
lebih baik diabndingkan diriya. Lagipula Laisa akhirya mengerti kenapa
Dalimunte bolos sekolah kemarin. Maka demi rasa sesal telah memukul lengan
Dalimunte, keberanian itu muncul begitu saja. Memberikan energi yang luar-
biasa. Begitu yakin. Begitu tenang. Dan tidak hanya hari itu Laisa
melakukannya. Sungguh tidak. Ia melakukannya berkali-kali sepajang
umurnya.” (Tere, 2016:92)

Seperti yang telah disebutkan dalam kutipan di atas, bahwa saat itu Laisa berusaha untuk meyakinkan warga terhadap ide yang diajukan oleh Dalimunte. Kala itu, Dali mengutarakan pendapatnya mengenai ide membuat kicir air untuk kebutuhan lembah, akan tetapi masih ada warga yang meragukan ide tersebut. Laisa sebagai anak sulung membantu meyakinkan warga.
Seperti yang disebutkan pula dalam kutipan, bahwa Laisa tidak ingin membuat adik-adiknya kecewa. Laisa juga tidak akan membuat mereka malu. Apalagi ide membuat kicir air yang banyak menimbulkan pertanyaan dari warga lembah, sebab dulu warga pernah membuat kicir air akan tetapi gagal. Dalam hal ini, Laisa merasa bertanggung jawab, bahwa dia sebagai seorang kakak dapat memberikan rasa cinta dan memiliki kepada adik-adiknya.

“Laisa menelan ludah. Matanya tiba-tiba berair. Ya Allah, aku mohon, jangan
pernah, jangan pernah buat aku menangis di depa adik-adikku. Jangan pernah!
Itu akan membuat mereka kehilangan teladan. Laisa meremas pahanya
kencang-kencang. Berusaha mengalihkan rasa sakit hati ke rasa sakit di
tubuhnya.” (Tere, 2016:108)

Manusia memiliki banyak anugerah, salah satunya mendapatkan rasa atau sebuah perasaan. Dari sebuah perasaan itulah akan meluap emosi. Dalam salah satu kutipan di atas Laisa berusaha menahan diri agar tidak menangis setelah mendapatkan hal yang tidak menyenangkan dari kedua adiknya–Ikanuri dan Wibisana. Hal tidak menyenangkan itu dikatakan Ikanuri dan Wibisana bahwa Laisa tidak sama dengan adik-adiknya yang lain, yang memiliki rupa cantik dan tampan, berperawakan tinggi dan semampai. Laisa dan adik-adiknya sungguh berbeda.
Dengan keadaan bertumbuh gempal dan memiliki rupa yang kurang menarik, namun Laisa tidak pernah memperdulikan apa yang dikatakan orang terhadapnya juga keluarga. Bagi Laisa dia tetap menjadi kakak untuk adik-adiknya.
Dalam kutipan di atas telah disebutkan, bahwa seberapa adik-adiknya menyakiti perasaan Laisa, dia tidak pernah mengindahkan perasaan sakit hati tersebut. Dia tidak ingin membuat adik-adiknya kehilangan teladan melihat Laisa menangis setelah mendapatkan perlakuan demikian. Sikap Laisa tersebut, berusaha untuk membuka hati Ikanuri dan Wibisana di kemudian hari. Bahwa bagaimana pun sikap adik-adik terhadapnya, Laisa akan tetap menerima sebagai contoh teladan mereka.

“Puyung tidak boleh memakan mereka.... Laisa mohon. Tidak boleh–“
 Kak Laisa mencicit, berkali-kali mengibas-ngibaskan obornya.
“RRRR–“
“Pergilah Ikanuri, Wibisana. Pergi dari sini!PERGI!” Kak Laisa mendorong
 Ikanuri dan Wibisana yang pucat pasi di belakangnya. Sementara wajah Kak
 Laisa terus bersitatap dengan harimau-harimau itu. Menjaga segala
              kemungkinan.” (Tere, 2016:131)

Meski Laisa adalah seorang kakak bagi keempat adiknya, dia tetaplah seorang anak remaja berusia enam belas tahun. Tidak banyak anak remaja seperti Laisa, seorang kakak seperti Laisa yang benar-benar membuktikan cinta dan memiliki yang sedemikian rupa. Usia boleh belasan tahun, namun dia telah menjadi teladan untuk adik-adiknya.
Seperti yang ada pada kutipan di atas, sakit hati yang pernah dirasa tidak pernah menyurutkan niat Laisa untuk menemukan Ikanuri dan Wibisana yang kabur dan tersesat di hutan setelah mengejeknya. Rasa khawatir Laisa lebih besar daripada sakit hati yang dialami. Demi melindungi dua singgung bebal itu, Laisa bersedia menjadi tameng dari ketiga harimau yang kapan saja bisa menerkam. Kapan saja bisa mencabik-cabiknya seperti babak-nya dulu.

“Kak Laisa berlari sekuat kakinya ke kampung atas. Tidak peduli tetes air hujan bagai kerikil batu yang ditembakkan dari atas. Tidak peduli tubuhnya basah kuyup. Tidak peduli malam yang gelap gulita. Dingin membungkus hingga ujung kaki. Musim kemarau begini, di malam hari, suhu lembah Lahambay bisa mencapai delapan derajat celcius. Kak Laisa berlarian menaiki lembah. Terpeleset. Sekali. Dua kali. Tidak peduli. Petir menyalak. Guntur menggelegar. Ia ingat. Ia ingat kakak-kakak mahasiswa tadi menyebut-nyebut soal obat dan dokter. Mereka pasti bisa membantu.” (Tere,2016:168)

Kemudian, saat Yashinta tiba-tiba demam. Tubuh Yashinta semakin panas dan membuat dia kejang-kejang. Melihat adik bungsunya seperti itu Laisa tidak bisa berdiam diri. Dia langsung keluar dan berlari ke kampung atas untuk meminta bantuan ke mahasiswa yang sedang KKN di lembah. Padahal waktu itu hujan lebat, dan kawasan lembah sudah gelap, akan tetapi Laisa tidak peduli yang penting Yashinta mendapatkan pengobatan. Meski Laisa terjatuh dia tetap bangkit untuk sampai ke lembah. Dia tidak ingin terlambat.
Meski sekembalinya Laisa di rumah dengan kaki yang bengkak, tubuh yang kedinginan oleh air hujan, dan wajah yang meringis oleh rasa sakit, dia tidak akan pernah terlambat untuk keluarga. Laisa lebih mengutamakan orang lain daripada diri sendiri.

Dari beberapa kutipan yang telah disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa Laisa sangatlah cinta dan mempunyai rasa memiliki terhadap keluarganya. Kepedulian Laisa lebih dari bagaimana dia memperhatikan orang lain daripada diri sendiri. Sebagai seorang kakak, Laisa dapat dikatakan berhasil memberikan teladan kepada keempat adik-adiknya. Bahkan Laisa telah berhasil menunjukkan, bahwa cinta dan memiliki merupakan kekuatan dan kunci dalam keluarga.


KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil pembahasan di atas, bahwa pengertian psikologi humanistik adalah ajaran bahwa manusia atau individu harus dipelajari sebagai keseluruhan yang integral, khas, dan terorganisasi. Kemudian Maslow mengembangkan teorinya dengan bertumpu pada prinsip holistik, suatu prinsip yang berasal dari psikologi gestalt. Maslow (dalam Koeswara, 1991:118) menjelaskan bahwa banyak tingkah laku manusia yang dapat diterangkan dalam memperhatikan tendensi individu untuk mencapai tujuan-tujuan personal yang membuat kehidupan bagi individu yang bersangkutan penuh makna dan memuaskan.
Maslow (dalam Koeswara, 1991:109) berpendapat bahwa motivasi kepribadian terbentuk karena adanya lima kebutuhan pokok yang terdapat dalam psikologi humanistik, yakni antara lain: (a) kebutuhan-kebutuhan dasar fisiologis (Physiological needs) merupakan sekumpulan kebutuhan dasar yang paling mendesak pemuasannnya karena berkaitan langsung dengan pemeliharaan biologis dan kelangsungan hidup. (b) kebutuhan akan rasa aman (need for self-security) adalah sesuatu kebutuhan yang mendorong individu untuk memperoleh ketentraman, kepastian, dan keteraturan dari keadaan lingkungannya. (c) kebutuhan akan cinta dan memiliki (need for love and belonging) merupakan suatu kebutuhan yang mendorong individu untuk mengadakan hubungan efektif atau ikatan emosional dengan individu lain. (d) kebutuhan akan harga diri (need for self-esteem) adalah penghormatan atau penghargaan dari diri sendiri, dan penghargaan dari orang lain. (e) kebutuhan akan aktualisasi diri (need for self actualization) merupakan hasrat individu untuk menjadi orang yang sesuai dengan keinginan dan potensi yang dimilikinya.

Adapun analisis kegigihan cinta dan rasa memiliki Laisa dalam Novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye, (1) digambarkan saat Laisa menemani Yashinta untuk melihat berang-berang. Dalam keadaan lembah yang masih gelap, Laisa bersedia mengantarkan Yashinta, yang tentu saja akan membuat adiknya senang. (2) Laisa berusaha meyakinkan warga terhadap ide yang diajukan oleh Dalimunte. Kala itu, Dali mengutarakan pendapatnya mengenai ide membuat kicir air untuk kebutuhan lembah, akan tetapi masih ada warga yang meragukan ide tersebut. Laisa sebagai anak sulung membantu meyakinkan warga. Seperti yang disebutkan pula dalam kutipan, bahwa Laisa tidak ingin membuat adik-adiknya kecewa, juga tidak akan membuat mereka malu. (3) Laisa tidak pernah memperdulikan apa yang dikatakan orang terhadapnya juga keluarga. Bagi Laisa dia tetap menjadi kakak untuk adik-adiknya. Meski kedua adiknya–Ikanuri dan Wibisana telah memperlakukan Laisa dan mengejek bahwa Laisa bukanlah kakak mereka. (4) rasa khawatir Laisa lebih besar daripada sakit hati yang dialami. Demi melindungi dua singgung bebal itu, Laisa bersedia menjadi tameng dari ketiga harimau yang kapan saja bisa menerkam. Kapan saja bisa mencabik-cabiknya seperti babak-nya dulu. (5) Laisa tidak peduli meski kakinya bengkak, kedinginan di bawah hujan, yang penting Yashinta mendapatkan pengobatan. Meski Laisa sempat terjatuh dia tetap bangkit untuk sampai ke lembah. Dia tidak ingin terlambat. Laisa lebih mengutamakan orang lain daripada diri sendiri, apalagi untuk kepentingan keluarga.


DAFTAR RUJUKAN

Koeswara, E. 1991.Teori-Teori Kepribadian.Bandung: PT Gresco.

Liye, Tere.2016.Bidadari-bidadari Surga.Jakarta: Penerbit Republika.

Minderop, Albertine.2016.Psikologi Sastra: Karya Sastra, Metode, Teori dan Contoh
Kasus.Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Purwanto, M. 2007.Psikologi Pendidikan.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.



Hikmatul Ika

Manusia yang menyukai dunia kepenulisan, baik sebagai blogger dan Pengarang.

Post a Comment

Previous Post Next Post

Contact Form