ANALISIS TEMA DALAM NASKAH DRAMA “JANJI SENJA ” KARYA TAOFAN NALISAPUTRA

Cara menantukan Tema

Menurut Hartoko & Rahmanto (dalam Nurgiantoro, 2012:68) tema merupakan gagasan umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantis dan yang menyangkut persamaan-persamaan, perbedaan-perbedaan. Tema disaring dari motif-motif yang terdapat dalam karya yang bersangkutan yang menentukan hadirnya peristiwa-peristiwa, konflik, dan situasi tertentu. 

Aminuddin (1987:91) tema adalah kaitan hubungan antara makna dengan tujuan pemaparan prosa fiksi oleh pengarangnya, maka untuk memahami tema, pembaca harus terlebih dahulu memahami unsur-unsur signifikan yang membangun suatu cerita, menyimpulkan makna yang dikandungnya, serta mampu menghubungkannya dengan tujuan penciptaan pengarangnya.  

Sedangkan menurut Stanton dan Kenny (dalam Nurgiyantoro, 2012: 67), tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperanan sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya.

Dari pemaparan pendapat di atas dapat dipastikan bahwasannya, setiap fiksi haruslah memiliki dasar atau tema yang merupakan sasaran tujuan. Dengan demikian tidaklah berlebihan kalau dikatakan bahwa tema ini merupakan hal yang paling penting dalam seluruh cerita (Tarigan, 1984:125).

Menurut Santosa (1995:117) ada beberapa cara menemukan tema cerita, antara lain: 
  1. permasalahan judul yang mendukung cerita, biasanya judul sudah menyiratkan adanya tema;
  2. kejelasan gagasan sentral sebagai pusat permasalahan; 
  3. melalui pencarian isotopi-isotopi;
  4. kata-kata kunci yang sering diulang dalam karya sastra; 
  5. kesatuan hubungan antarunsur dalam cerita; 
  6. pengaluran yang logis dan sistematis; 
  7. penokohan yang kuat; 
  8. pelataran yang baik;
  9. nada dan suasana penceritaan. 

Analisis Tema Naskah Drama “Janji Senja” karya Taofan Nalisaputra


Pada pembahasan ini penulis menentukan tema naskah drama “Janji Senja” karya Taofan Nalisaputra dengan mengambil satu cara yang sudah dipaparkan oleh Santosa, yakni permasalahan judul yang mendukung cerita. 

Naskah drama karya Taofan Nalisaputra yang berjudul “Janji Senja” memiliki tiga pemaknaan yang berbeda. Pertama dari judul naskah sendiri, kata “janji” dalam KBBI adalah ucapan yang menyatakan kesediaan dan kesanggupan untuk berbuat (seperti hendak memberi, menolong, datang, bertemu), sedangkan kata “senja” adalah waktu (hari) setengah gelap sesudah matahari terbenam. Jadi, pada pemaknaan pertama dari judul naskah “Janji Senja” dapat dimaknai sebagai arti sebenarnya yakni sebuah janji ketika senja atau menjelang matari tenggelam. 

Bukti mengenai arti sebenarnya tentang sebuah janji ketika senja atau menjelang matahari tenggelam, terdapat pada kutipan berikut.

Anak

: Ibu...jangan kau ceritakan lagi apa pun tentang ayah.

Ibu

Kenapa?

Anak

 : (sambil memandang ke arah langit senja) karena ayah tak pernah datang, dan kukira ia emang tak akan pernah datang.

Ibu

 : (tenang/datar) ayahmu berjanji akan datang saat senja.

Anak

 :(agak meninggikan nada bicara) sudah tak terhitung lagi jumlah senja yang kita lalui... di sini..tempat ini...sedari dulu waktu aku masih dalam kandungan hingga kini, namun ayah tak jua datang.


Pada penggalan kutipan yang terdapat pada adegan 1 di atas, sang ibu menyanggah anaknya yang mengatakan kalau sang ayah tak akan pernah datang. Namun ibu mengatakan bahwa ayah akan datang saat senja.

Pemaknaan kedua judul “Janji Senja” adalah bahwa Senja adalah nama dari seorang laki-laki yang dipanggilnya ayah. Dari pemaknaan kedua ini, diartikan bahwa “Janji Senja” adalah janji dari seorang ayah yang bernama Senja. Bukti tersebut dapat di lihat dari kutipan adegan 1 dan adegan 3 berikut.

Adegan 1

Ibu

 : Tidak rindukah kau pada ayahmu?

Anak

 : Rindu…tapi itu dulu, sekarang tidak lagi.

Ibu

 : (menatap tajam pada anaknya) kenapa?

Anak

 : (diam sejenak) karena aku tak lagi menganggap senja sebagai ayahku, bagiku dia hanyalah lelaki yang menitipkan sperma pada ibu.

 


Adegan 3

Anak

Aku berharap ibu memberi restu untukku.

Ibu masih terdiam, sang anak pun  kembali memalingkan wajahnya ke arah senja sembari memainkan ujung bajunya dan jemarinya.

Ibu

: Ibu akan meresetuimu. Tapi.. Kau juga harus meminta restu pada senja…  ayahmu.

Sang anak melongo terheran-heran.


Kemudian untuk pemaknaan yang terakhir, yaitu “Janji Senja” digambarkan dengan sebuah janji yang melukiskan sebuah kegalauan. Dikatakan demikian, dalam judul “Janji Senja” kata senja sendiri dapat diartikan sebagai perasaan sedih dan galau. Bukti mengenai “Janji Senja” adalah janji yang melukiskan sebuah kesedihan dan kegalauan yang dirasakan ibu ketika menunggu ayah, terdapat pada adegan 2, adegan 3 dan adegan 4.

Adegan 2

Ibu

Ibu masih ingin menunggu ayahmu di sini, di rumah ini setiap senja.

Anak

Dimanapun itu kita akan tetap menikmati senja yang sama.

(ibu terdiam sembari tersenyum dan tetap menatap ke arah senja)

Anak

Ibu bisa menikmati senja bersamaku. (mencoba membujuk)

Ibu

Ibu hanya ingin menunggu ayahmu di sini, di rumah ini.

 


Adegan 3

Ibu

: Ibu akan meresetuimu. Tapi.. Kau juga harus meminta restu pada senja…  ayahmu.

Sang anak melongo terheran-heran.

Ibu

Tinggallah dulu disini beberapa waktu. Ayahmu pasti akan datang. Ibu yakin.

 

Adegan 4

Ibunya kemudian terdiam. Matanya berkaca-kaca, airmatanya nampak akan jantuh. Sang anak berlalu meninggalkan ibunya. Ibu masih diam menatap senja dengan linangan air mata.

 

Pada kutipan di atas, ibu setia terhadap janji ayah meski harus merasakan kesedihan dan kegalauan. Sedih, karena sang anak mulai tidak peduli lagi, apakah ayahnya akan datang atau tidak. Galau, karena  janji yang pernah ayah ucapnya menimbulkan abu-abu pada harapan ibu ketika senja. Meskipun begitu ibu tetap menanti ayah dengan sabar.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, bahwa tema dari naskah drama “Janji Senja” adalah sabar, ikhlas, serta tabah adalah obat dari kesedihan dan kegalauan.

Apresiasi Terhadap Naskah Drama “Janji Senja” karya Taofan Nalisaputra


Tokoh dalam naskah drama “Janji Senja” karya Taofan Nalisaputra ada tiga, yakni ibu, anak, dan ayah. Keseluruhan cerita, didominasi oleh dialog ibu dan sang anak, sedangkan peran ayah dalam cerita sebagai figuran dan tidak memiliki dialog.

Adapun hal menarik dan diapresiasi dari naskah drama ini, ketika sang ibu tetap sabar menanti suaminya. Meski sang anak sudah menyerah menanti sang ayah, namun ibu dengan berlapang hati menghalau harapan abu-abu tersebut dengan pengharapan besarnya sang suami dapat pulang dan menepati janjinya. 

Pelajaran yang dapat dipetik dari naskah drama “Janji Senja” yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari adalah bahwasannya tidak semua harapan yang diinginkan dapat terwujud. 

Kekurangan dari naskah “Janji Senja” ini adalah ending cerita yang mengambang. Ketika sang anak meninggalkan ibu yang masih setia menanti sang suami di rumah, namun tidak diceritakan apakah sang suami pulang atau tidak. Hal ini yang membuat pihak pembaca dan penulis sendiri bertanya-tanya, apakah memang niatan pengarang menuliskan ending seperti ini?  Dari segi alur dan latar sudah baik, meski dalam naskah drama ini menggunakan alur backtracking namun ceritanya tetap runtut dan jelas.

Hikmatul Ika

Manusia yang menyukai dunia kepenulisan, baik sebagai blogger dan Pengarang.

1 Comments

  1. kalau cara menentukan langkah tepat dan tidak salah gimanana ya kak? hikmatuuullllll oegoeg

    ReplyDelete
Previous Post Next Post

Contact Form