Bukan Lagi Tentang Agustus

Hai September, apa kabar? Sudah lama rasanya tidak singgah dan menyapa. Teteman baik-baik saja, bukan?

Tenang, saya tidak benar-benar menghilang, apalagi pergi. Selama tiga bulan terakhir, saya terpaksa rehat dari dunia maya dan hanya sesekali mengamati rumah kedua ini. Walaupun sedikit mengubah ini dan itu sih, hehe.



Rehatnya saya selama tiga bulan ini bukan untuk memperingati  ataupun  mengenang Agustus seperti yang sudah-sudah. Saya rehat melainkan untuk menjaga kewarasan diri pasca melahirkan.

You know-lah, bagi Teteman yang telah melahirkan pasti lebih tahu daripada saya, hehe. Sebab saya baru merasakan bagaimana riwehnya diri setelah membantu memberikan kehidupan baru kepada manusia mungil tersebut. 

Lalu jangan tanya juga apakah begadang tiap malam? Apakah manusia mungil itu tidak rewel? Kemudian apa saja yang saya alami pasca peristiwa tersebut? Serta  pertanyaan-pertanyaan lainnya. 

Sebab selama menemani manusia mungil tersebut, saya menjadi tersadar, bila menjadi ibu itu tidak mudah. Butuh banyak belajar dengan berbagai persiapan dan kesiapan. Apalagi bagi saya yang kurang mendapatkan figur ibu, sehingga perlu belajar agar  menjadi orang tua yang bisa menjadi teladannya dimasa yang akan datang.

Sejujurnya sih, cukup khawatir dan begitu senang. Khawatir, jika tanpa sengaja menorehkan ingatan muram yang bisa dibawanya di masa depan dan senang karena Tuhan mempercayakan manusia mungil tersebut untuk saya temani tumbuh dan kembangnya. Sampai-sampai, saya lupa tentang kenangan mengenai Agustus yang sudah-sudah tersebut.

Dari peristiwa yang timbul dan tenggelam ataupun datang dan pergi dari kehidupan yang saya jalani tersebut, saya menjadi sedikit mengerti bila adakalanya manusia hanya perlu menyibukkan diri untuk mengalihkan diri dari kerumitan pikiran masa lalu yang membelenggu. 

Adakalanya manusia perlu menerima dengan hati dan pikiran yang lapang serta jernih untuk memberikan suatu keputusan. Apakah memilih menetap dan terjebak dalam kubangan masa lalu ataukah mendaki dan berlari mengejar masa depan?

Saya jadi teringat ungkapan dr. Tsuneko dalam bukunya Hidup Damai Tanpa Berpikir Berlebihan yakni  "... satu-satunya cara agar tidak berpikir macam-macam adalah menyibukkan diri". Bagi saya itu nyata. Sehingga melewati Agustus dengan begitu saja.

Lagi-lagi, saya ingin berterima kasih kepada Agustus. Kendati telah memberikan kenangan pahit, tapi telah memberikan warna-warni dalam perjalanan hidup saya hingga saat ini.

Hikmatul Ika

Manusia yang menyukai dunia kepenulisan, baik sebagai blogger dan Pengarang.

Post a Comment

Previous Post Next Post

Contact Form