Review Novel Roman Bukan Pasar Malam karya Pramoedya Ananta Toer

Novel Roman Bukan Pasar Malam karya Pramoedya Ananta Toer di terbitkan di Jakarta oleh Penerbit Lentera Dipantara dengan tebal 122 halaman. Buku yang sudah dicetak 11 kali pada Mei 2018 ini bercerita mengenai seorang anak yang berupaya memahami peristiwa sejarah sang ayah yang kini sedang sakit parah. Dari kejadian-kejadian selama merawat sang ayah hingga dititik akhir hidupnya, dia menemukan satu alasan apa sih yang membuat ayahnya sakit separah ini?  Ayahnya seorang nasionalis berprofesi sebagai guru. Akan tetapi dalam batinnya seperti ada satu hal yang membuat sang ayah merasa marah, kecewa, terhadap negara yang ditinggali kini.

Review Novel Bukan Pasar Malam karya Pramoedya Ananta Toer



Blur:

Roman ini berlangsung dalam satu putaran perjalanan seorang anak revolusi yang pulang kampung karena ayahandanya jatuh sakit. Dari putaran perjalanan itu, terungkap beberapa potong puing gejolak hati yang tak pernah terangkap dalam gebyar-gebyar revolusi.

Dikisahkan bagaimana keperwiraan seorang dalam revolusi pada akhirnya melunak ketika dihadapkan pada kenyataan sehari-hari: ia menemukan ayahnya seorang guru yang penuh bakti tergolek sakit karena TBC, anggota keluarganya yang miskin, rumah tuanya yang sudah tidak kuat lagi menahan arus waktu, dan menghadapi istri yang cerewet. 

Berpotong-potong kisah itu diungkapkan dengan sisa-sisa kekuatan jiwa yang berenangkan dalam jiwa seorang mantan tentara muda revolusi yang idealis. Lewat tuturan yang sederhana dan fokus, tokoh ‘aku’ dalam roman ini tidak hanya mengkritik kekerdilan diri sendiri, tapi juga menunjuk muka para jenderal atau pembesar-pembesar negeri pascakemerdekaan yang hanya asyik dan memperkaya diri sendiri.



Pesan yang saya pahami dari buku ini adalah ayah tokoh aku berupaya untuk tetap patuh pada hakikatnya sebagai manusia. Berlaku sederhana dan mensyukuri apa yang dimiliki. Meski pada dasarnya dia membelot untuk tidak berperilaku seperti para pembesar negara. 



Seperti pada blur buku ini mengenai kritik pada penguasa sehingga tak ayal bila Roman Bukan Pasar Malam ini sempat dibaikot sekitar tahun 1965. 



Hikmatul Ika

Manusia yang menyukai dunia kepenulisan, baik sebagai blogger dan Pengarang.

Post a Comment

Previous Post Next Post

Contact Form