3 Novel Tema Pendidikan Paling Inspiratif

Ngomongin masalah pendidikan seperti enggak ada habisnya ya? Ada saja yang dapat dibahas seperti kenapa sih kurikulum selalu berubah-ubah, sampai kapan guru berkutat dengan tugas administrasinya dan apakah hidup guru honorer sudah sejarahtera? Upss!

Bukannya apa-apa, hanya miris saja melihat kondisi di negeri ini, apalagi freshgraduate pendidikan yang sedang luntang-lantung. Kendati mereka telah mendapat pekerjaan yang sesuai dengan jurusannya pun, belum tentu mendapatkan hak yang sebanding saat memperjuangkan gelarnya sebagai guru tersebut.

Saya jadi ingat ungkapan salah seorang teman, “Kalau jadi guru honorer jangan berharap banyak, anggap saja sedang menebar pahala.” Heeem, sebegitu kerasnya ‘kah perjuangan para guru muda di luar sana? Semoga niat dan perjuangan Teteman diganti dengan rizeki yang lebih barakah ya?

Sebab menjadi guru itu enggak mudah loh! Benar enggak?

3 Novel Tema Pendidikan Paling Inspiratif


Pengalaman saja sih, kendati hanya sedang praktik dalam beberapa bulan rasanya sungguh nano-nano. Menjadi seorang guru sama halnya perlu menguasai berbagai macam hal, enggak hanya tentang kognitif saja.

Salah satu gambarannya dalam hal ini yakni perlu menguasai seni dalam mengenal karakter peserta didik, seni mengajar, seni mengelola emosi dan sebagainya. Jadi, menjadi guru enggak sesederhana itu.

Dengan berbagai perjuangan yang enggak ringan tersebut, kadang saya menjadi prihatin ketika membaca ataupun menonton sebuah berita yang menyiarkan tentang seorang guru dilaporkan ke pihak berwajib karena menghukum siswa dll.

Jadi geleng-geleng kepala dan em*si saya tuh! Tidak tahu kah, bila setiap tempat (baik sekolah dll) mempunyai kebijakan dan aturan yang berbeda?

Ngomong-ngomong, kalau membahas hal tersebut di atas rasa-rasanya enggak akan cukup dalam sekali duduk. Oleh karenanya, mari kita cermati sisi lain dari pendidikan terutama mengenai peran seorang guru melalui tiga karya sastra berikut ini.

Fyi... saya tahu, diluar sana banyak sekali literatur tema pendidikan yang bagus. Namun tiga karya berikut begitu berkesan dan inspiratif bagi saya pribadi. Semoga dapat menjadi salah satu rekomendasi bacaan untuk Teteman pula ya?

Nah, apa sajakah 3 novel tema pendidikan paling inspiratif tersebut?

3. Novel Guru Aini karya Andrea Hirata

Diurutan ketiga ada karyanya Pak Cik berjudul Guru Aini. Novel ini merupakan presekuel dari Novel Orang-Orang Biasa.  Novel Guru Aini diterbitkan oleh Penerbit Bentang dengan tebal xii ± 336 halaman, pada Februari 2020.

Novel Guru Aini bukan bercerita tentang guru bernama Aini ya, melainkan menceritakan gurunya dari seorang siswi bernama Aini. Nah, gurunya Aini ini bernama Bu Desi.

Pada awalnya saat membaca judulnya saya cukup bingung, apakah Aini memutuskan menjadi guru dan mengubur mimpinya untuk menjadi dokter? Namun ternyata saya hanya terkecoh. Walaupun judulnya cukup ambigu, tapi setelah membaca novelnya saya jadi paham, hahaha.

Fyi, kilas balik dalam Novel Orang-Orang Biasa Aini diterima Fakultas Kedokteran dan merasa patah arang karena ekonomi. Sembari mengingat-ingat, Teteman dapat membaca kembali review Novel Orang-Orang Biasa karya Andrea Hirata.

Seperti yang sebelumnya saya ungkapkan, Novel Guru Aini merupakan cerita perjuangan gurunya Aini yang bernama Bu Desi. Beliau seorang guru Matematika yang dikenal sebagai orang yang idealis.

Sebab untuk menjadi seorang guru saja, beliau telah melalui berbagai lika-liku. Salah satu contohnya, dia ingin mengubah persepsi siswa terhadap Matematika. Namun situasi dan kondisi saat itu tidak memungkinkan beliau untuk mewujudkan hal tersebut. You know-lah, bagaimana rumitnya angka dan rumus dalam Matematika dilingkup lingkungan dengan akses terbatas?

Bu Desi untuk menjaga prinsipnya tersebut, dia bertekad untuk selalu memakai sepatu pemberian sang ayah. Dia hanya akan berganti sepatu bila telah menemukan anak yang sesuai dengan keidealisannya tersebut. Bahkan, Bu Desi tidak mengindahkan bagaimana rupa dan bentuk sepatu yang dipakainya selama ini. Saya kira lebih dari kumal.

Hingga sampai akhirnya, berbahagialah Bu Desi dengan sekali dayung dua tiga pulau terlampaui. Bu Desi sempat menemukan seorang anak yang cukup mahir dalam bidang tersebut dan akhirnya mengganti sepatu dengan yang baru, haha. Yaa.. kendati kegembiraan tersebut tak bertahan lama. Sebab sang siswa memutuskan berhenti sekolah.

Hingga suatu hari, muncul seorang yang begitu unik, dia bernama Aini. Seseorang yang cukup mirip dengan karakter Bu Desi. Dia begitu ambisius jika telah menginginkan sesuatu, meskipun sering dianggap akan mustahil terwujud.

Namun siapa yang berani menghalangi mimpi seseorang?

Dengan berprinsip pada dedikasinya, Bu Desi membantu Aini Matematika dari nol dan berulang-ulang. Entah berapa juta sabar dan ketelatenan Bu Desi mengajari Aini tersebut sampai akhirnya Aini berhasil menjadi siswa yang berprestasi dan mewujudkan mimpinya untuk masuk Fakultas Kedokteran.

 

Novel Guru Aini karya Andrea Hirata

 

2. Dua Belas Pasang Mata karya Sakae Tsuboi

Diurutan kedua ada sebuah novel terjemahan dari Jepang karya Sakae Tsuboi berjudul Dua Belas Pasang Mata. Novel ini cetakan kedua dan diterbitkan oleh Penerbit Gramedia Pustaka Utama pada September 2016 dengan tebal ± 248 hlm.

Novel ini bercerita tentang seorang guru bernama Bu Oishi dan kedua belas siswanya yang cukup unik dan mengharukan. Sebab tidak mudah sebagai freshgraduate, kemudian ditugaskan mengajar di sebuah desa nelayan yang miskin. Beliau yang masih minim pengalaman tersebut, sempat terlibat pro dan kotra dengan warga di sana.

Hal tersebut tak lain karena Bu Oishi terkesan terlalu modern dan menyalahi budaya. Fyi, novel ini berlatar tahun 1950-an, masih dizaman perang. Kala itu, Bu Oishi yang berpakaian toksedo dan berkendara sepeda dianggap menyebarkan budaya barat. Sebab, pada zaman itu hanya orang tertentu saja yang mempunyai sepeda. Padahal ‘kan, Bu Oishi memang dari keluarga yang mampu dan rumahnya jauh. Jadi, menurut saya wajar saja naik sepeda.

Akan tetapi, warga yang masih belum menerima pandangan tersebut malah dengan terang-terangan memusuhi beliau. Bahkan, ada anak yang tidak diperbolehkan sekolah dan memperlakukan Bu Oishi dengan kurang baik.

Namun Bu Oishi yakin, lambat laun warga dapat menerimanya. Berkaitan dengan hal itu, Bu Oshi mencoba memberikan pendekatan pada warga dan siswa-siswanya. Walaupun tidak mudah, tapi keberadaan Bu Oishi berhasil membuka hati warga dan selalu ditunggu para siswa.

Dalam hal ini, ketelatenan Bu Oishi dan keteguhan hatinya begitu membuat saya tergugah. Dedikasi beliau untuk menyelaraskan sudut pandang agar tetap mengajar di desa nelayan berhasil membuat mata berkaca-kaca.

Bila saja waktu itu, Bu Oishi memutuskan untuk berhenti bagaimana kira-kira ya nasib dari kedua belas pasang mata tersebut?

 



Baca selengkapnya Review Novel Dua Belas Pasang Mata karya Sakae Tsuboi

 

1. Totto-chan: Gadis Cilik di Jendela karya Tetsuko Kuronayagi

Novel tema pendidikan paling berkesan dan inspiratif diurutan pertama ada karya Tetsuko Kuronayagi berjudul Totto-chan: Gadis Cilik di Jendela. Novel ini telah dicetak dua puluh empat kali pada Agustus 2017 dan diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama dengan tebal 272 halaman.

Novel Totto-chan: Gadis Cilik di Jendela secara garis besar bercerita tentang seorang anak perempuan yang mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi. You know-lah, anak yang memilki karakter demikian biasanya enggak akan bisa diam? Begitu pula dengan Totto-chan yang dianggap kurang bisa memperhatikan gurunya.

Hingga suatu hari, sang guru yang sudah tidak tahan dengan Totto-chan dan memintanya untuk pindah sekolah. Beruntung, ibunya menemukan Sekolah Tomoe. Sekolah unik yang berhasil menarik perhatian gadis perempuannya. Ajaibnya, Sekolah Tomoe menyambut Totto-chan dengan hangat, apalagi sang kepala sekolah yakni Mr. Kobayashi.

Sekolah Tomoe unik karena dibagun dari gerbong kereta dan mempunyai sistem dan kurikulum pendidikan sendiri. Hal tersebut dicanangkan oleh sang kepala sekolah yang begitu menyukai anak-anak. Seperti halnya, tidak ada jadwal tetap untuk mata pelajaran di hari tersebut, begitu pun dengan denah tempat duduk siswa.

Sekolah Tomoe memfasilitasi siswa untuk bereksplor sesuai dengan minat pun kesukaan. Sehingga anak-anak tidak merasa tertekan dan terpaksa. Mereka seperti tidak sedang belajar, malah seperti sedang bermain dan bersenang-senang.

Perlakuan tersebut dan ide dari Mr. Kobayashi berhasil memberikan kesan yang begitu mendalam, baik kepada Totto-chan dan siswa lainnya. Bahkan, Totto-chan mengaku beruntung telah bertemu dengan Mr. Kobayashi di masa kecilnya. Sehingga dia tidak lagi dicap sebagai anak yang nakal dll.

Tidak hanya itu, di masa dewasa Totto-chan dia berupaya mengabdikan dirinya untuk kepentingan anak-anak. Hal tersebut tentu tak jauh dari peran dan dedikasi Mr. Kobayashi yang berhasil menyentuh hati siswa-siswanya.

Fyi, kisah dari cerita ini merupakan kisah nyata dari seorang Tetsuko Kuronayagi. Kisah nyata dari seorang penulisnya tentang masa kecil dan pertemuannya dengan seseorang yang luar biasa bernama Mr. Kobayashi.

Baca selengkapnya Review Novel Totto-chan: Gadis Cilik di Jendela karya Tetsuko Kuronayagi

 

Well... itulah tiga novel tema pendidikan paling inspiratif versi saya. Bagaimana dengan Teteman?

Hikmatul Ika

Manusia yang menyukai dunia kepenulisan, baik sebagai blogger dan Pengarang.

1 Comments

Previous Post Next Post

Contact Form