Di Bawah Lindungan Kabah–siapa sih yang familiar mendengar judul tersebut, entah itu film atau karya sastra novelnya? Kendati karya sastra telah cukup lama, tapi Di Bawah Lindungan Kabah begitu eksis, right?
Bahkan, saking lamanya saya tidak ingat apakah pernah menonton film ini
atau belum? Sebab saya kira film tersebut ditayangkan ketika saya masih kecil.
Saat saya masih ikut-ikutan kakak yang hobi pula mengkoleksi film dalam kaset.
Maklum, dulu belum secanggih sekarang yang bisa berlangganan film diaplikasi
tertentu, haha.
Hingga pada akhirnya saya jadi penasaran tentang Novel Di
Bawah Lindungan Kabah ini, setelah membaca pula beberapa karya dari sang
pengarang Buya Hamka. Serius, karya beliau tidak pernah mengecewakan.
Fyi, siapa sih yang enggak tahu HAMKA?
HAMKA atau Haji Abdul Malik Karim Amrullah adalah seorang
pengarang modern yang memelopori genre religi di Indonesia. Beliau lahir di
Kampung Molek, Maninjau, Sumatra Barat. Pengarang yang lahir pada 17 Februari
1908 ini selain dikenal sebagai sastrawan, juga seorang wartawan dan aktivis
politik kenamaan.
Beliau pernah mendapat pendidikan di Sekolah Dasar
Maninjau sampai kelas dua dan melanjutkan ke Sumatra Thawalib di Padang
Panjang. Di sana beliau mempelajari agama dan bahasa Arab.
Selain mempelajari agama dan bahasa Arab, secara ototidak
HAMKA mempelajari berbagai ilmu pengetahuan seperti filsafat, sejarah,
sosiologi, sastra dan politik Islam maupun barat. Jadi enggak heran bila kekayaan
intelektual Hamka tersebut dianugerahi gelar Doktor Honoris Causa dari
Universitas Al-Azhar Kairo.
Pada 24 Juli 1981, beliu meninggal diusia 73 tahun dan dimakamkan
di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan. Di Bawah Lindungan Kabah merupakan salah
satu karya beliau. Selain itu karya-karya beliau lainnya yakni Tenggelamnya
Kapal Van Der Wick, Merantau ke Deli dll.
Identitas
Buku
Judul Novel : Di Bawah Lindungan Kabah
Pengarang : HAMKA (
Haji Abdul Malik Karim Amrullah)
Penerbit : Gema
Insani
Cetakan : VI, 2022
Tebal : ± 91 hlm.
Di Bawah Lindungan Kabah secara garis besar bercerita
tentang perjalanan kisah seorang pemuda bernama Hamid dengan pujaan hatinya
Zainab. Keduanya hanya seorang insan yang saling menaruh hati, tapi terhalang
oleh situasi dan keadaan. Sehingga mereka hanya bisa menyatakan perasaan dalam
diam dan abadi.
Hal tersebut dilatarbelakangi oleh permintaan ibu Hamid
sebelum menghembuskan napas terakhirnya. Sang ibu berpesan bila tidak etis
Hamid menaruh rasa pada Zainab. Sebab semasa ada Haji Ja’far–ayah Zainab,
keluarga mereka membantu Hamid dalam urusan pendidikannya. Enggak hanya itu,
keluarga mereka juga baik kepada Hamid yang seorang anak yatim sejak kecil.
Mereka sudah banyak berjasa dalam kehidupan Hamid dan ibunya.
Bukan hanya menyoal tentang balas budi, dari strata
sosial saja mereka bagaikan langit dan bumi. Hal itulah pula yang membuat Hamid
tidak memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaannya selama ini. Sebab, bagi
Hamid pun Zainab dapat bertemu dengan laki-laki yang lebih baik dari dirinya.
Hingga pada akhirnya, karena Hamid tidak bisa lagi
menahan perasaannya pada Zainab. Dia memutuskan untuk pergi jauh dan fokus
beribadah di tanah suci. Namun kepergiaan Hamid dari kampung halamannya
tersebut, malah memberikan duka yang begitu mendalam bagi Zainab.
Ngomong-ngomong sebelum memutuskan merantau, ada satu
kejadian yang tidak bisa Hamid bendung sendiri, yakni tentang perjodohan Zainab
dengan keluarga jauhnya. Hal tersebut yang membuat perasaan Hamid kacau. Dia
semakin bimbang dan dilema. Hamid takut, bila keberadaannya disekitar Zainab
malah merusak acara tersebut. Hal itulah yang membulatkan tekad Hamid untuk
pergi sejauh mungkin dan berupaya mendekatkan diri pada Sang Pencinta sembari
mencari petunjuk-Nya.
Namun pada kenyataannya, Zainab tidak ingin menikah
selain dengan Hamid. Dia membatalkan rencana pernikahannya tersebut dan dengan
setia menunggu Hamid pulang ke kampung. Akan tetapi, harapan Zainab tersebut
sia-sia. Kalaupun Zainab ingin memberitahu perasaannya, dia tidak tahu harus
menulis dan mengirimkannya ke mana? Sebab sejak berita rencana penikahannya
tersebut, Hamid bak hilang ditelan bumi.
Hal tersebut membuat psikis Zainab terganggu. Bahkan,
jiwa dan raganya sakit dan kian memburuk. Di satu sisi, dalam belahan dunia
lain, begitu pula dengan Hamid.
Sampai pada akhirnya, salah seorang suami teman Zainab
bertemu dengan Hamid di tanah suci. Dia mengirimi kabar tersebut kepada Zainab
dan berupaya menegosiasikan perihal keduanya. Namun tak berselang lama berkirim
surat tersebut, kondisi Zainab begitu kritis hingga dia meninggal dunia dengan
rasa yang menumpuk dan utuh untuk Hamid.
Lantas tak lama Hamid mendapat balasan surat dari istri
teman Zainab dan memberitahukan kabar duka mengenai Zainab yang telah meninggal
dunia tersebut, ternyata tak berselang lama Hamid juga menyusul sang pujaan
hatinya.
Well... itulah kisah dari Novel Di Bawah
Lindungan Kabah karya Hamka. Ceritanya ringan dengan banyak kesan yang mendalam
bagi saya pribadi. Saya tidak menyangka bila Pak Hamka dapat menulis kisah
roman yang begitu lembut. Bahkan, bagi saya ini adalah novel roman terbaik sih,
dari bacaan yang telah saya baca sebelumnya. Bahkan, dari berbagai koleksi
roman yang saya miliki.
Kendati Novel Di Bawah Lindungan Kabah bergenre roman,
banyak hal yang bisa saya petik dari kisah Hamid dan Zainab. Salah satunya,
bagaimana cara Hamid menjaga marwahnya dan memutuskan mengalahkan hawa nafsu
untuk “memiliki” cinta pada makhluk, tapi Hamid lebih memutuskan untuk menjaga
cintanya tersebut dan mendekat kepada Sang Pembolak-balik Hati.
Dari ending
cerita, kisah Di Bawah Lindungan Kabah memang terkesan sad ending. Kedua tokoh utama meninggal dalam keadaan sakit karena
memendam rindu yang mendalam. Namun bagi saya, kisah Hamid dan Zainab malah happy ending.
Sebab bisa jadi, tragedi yang terjadi pada keduanya
tersebut membuat mereka dapat menjaga diri dari hal-hal yang “merugikan”. Toh! kendati
kisah Hamid dan Zainab adalah fiksi, tapi siapa tahu mereka akan dipersatukan dalam alam
yang berbeda?
0 Comments