Meneladani Kehidupan Si Pemelihara Pusaka (Review Novel Janji karya Tere Liye)

Sepertinya sudah enggak perlu basa-basi tentang siapa pengarang novel yang akan saya ulas kali ini. You know-lah, saya telah beberapa kali mengulas karya Bang Tere. Buat Teteman yang sering nangkring *eh singgah di blog ini pasti sudah paham, hehe.  Memangnya siapa sih yang enggak tahu Tere Liye?

Awal tahu Bang Tere akan menerbitkan novel teranyarnya berjudul Janji, saya sangat gembira dan heboh sendiri. Apalagi waktu tahu cover buku cetaknya, meski terkesan sederhana malah membuat penasaran dengan adanya pusara. Jadi kira-kira tempat siapa pusara itu? Apakah sang tokoh utama meninggal dengan diakhiri sad ending? Ataukah masih ada prakiraan lainnya?

Entah bagaimana cara Bang Tere meramu karyanya kali ini, tapi saya yakin tidak akan kecewa. Yups, dari novel ini saya banyak belajar tentang kehidupan dan value dengan segala kerumitannya.

Identitas buku

Judul Novel     : Janji

Pengarang       : Tere Liye

Penerbit          : Sabak Grip Nusantara

Cetakan           : I, 2021

Tebal               : ± 488 hlm.

Review Novel Janji karya Tere Liye


Secara singkat Novel Janji bercerita tentang salah seorang santri yang yatim piatu sejak lahir, pun sangat bandel bernama Bahar. Usianya kala itu belasan tahun ketika diantar oleh neneknya ke pesantren. Bahar bukan hanya bebal di pesantren, tapi juga sering memprofokasi dan membuat onar di kampungnya. Sehingga sang nenek yang sudah menyerah dengan tingkah Bahar mengirimnya ke pesantren.

You know-lah tujuan nenek baik, supaya Bahar dapat arahan dari pengasuh (kyai/buya) di sana. Namun karakter Bahar yang memang sudah bebal, dia pun berusaha membuat onar di pesantren. Beberapa kali membuat onar, tapi masih dimaafkan oleh Buya. Hingga suatu ketika Bahar melakukan hal yang benar-benar fatal, dia hampir membakar seluruh pesantren dan menewaskan seorang santri yang memang tidak sempat menyelamatkan diri disebabkan santri tersebut seorang tunadaksa.

Peristiwa duka itu tidak bisa membuat Buya (sebagai pendiri dan pemilik pesantren) mempertahankan Bahar. Dengan berat hati Buya melepaskan Bahar, sebab Buya pernah berjanji tidak akan mengeluarkan seorang santri dengan situasi maupun kondisi bagaimanapun. Namun perbuatan Bahar berbeda hal, dia sudah melewati batas.

Setelah Bahar diusir dari pesantren, selama tiga hari Buya bermimpi dengan mimpi yang persis sama. Dalam mimpi itu Buya tengah berjalan di tengah gurun (ceritanya di padang masyar) berjalan kaki bersama para manusia lainnya. Ada beberapa yang naik kendaraan dan juga berjalan kaki seperti Buya. Dalam perjalan itu Buya bertanya (kepada malaikat), apakah kendaraan ini untuknya? Namun malaikat itu menjawab bila kendaraan itu bukan milik Buya, lantas beliau berjalan lagi.  Hingga beberapa saat kemudian datang kendaraan yang begitu mewah dan canggih menghampirinya. Buya ingin mengajukan pertanyaan lagi, tapi tiba-tiba kaca kendaraan itu terbuka dan betapa terkejutnya beliau setelah melihat seseorang yang menawarinya naik kendaraan adalah Bahar.

Ketika bangun dari tidur, Buya berusaha mencari Bahar. Dari rumah nenek dan tempat-tempat malam lainnya, tapi Buya tidak menemukan jejak Bahar. Sampai tahun-tahun berikutnya, ternyata Buya masih belum menyerah mencari keberadaan Bahar. Buya masih memiliki satu pertanyaan mengapa Bahar bisa mempunyai kendaraan itu? Bukankah selama ini sikap Bahar sangat bebal dan berperilaku kurang baik?

Akan tetapi hingga bertahun-tahun pertanyaan Buya tidak menemukan jawaban. Pesantren itu diturunkan kepada anaknya. Para santri juga menyebutnya sebagai Buya . Kini Buya menyuruh ketiga santrinya untuk mencari Bahar. Ketiga santri itu sama bebalnya dengan Bahar dulu, selalu buat onar pesantren. Namun kali ini, Buya tidak akan mengeluarkan ketiganya dari pesantren. Sebab telah berjanji kepada Buya (ayahnya pendiri dan pemimpin terdahulu) dan memberi mereka tugas, bila menemukan keberadaan Bahar mereka diperbolehkan memilih untuk tetap di pesantren atau lulus dengan hak istimewa (sebab tugas mereka tidak mudah untuk mencari Bahar yang sudah berpuluh tahun hilang tidak ada kabarnya).

Ketiga santri itu bernama Hasan, Baso dan kaharuddin. Mereka mempunyai kepribadian berbeda, tapi hobi yang sama. Ya apalagi kalau bukan pembuat onar? Ketiganya pun datang ke pesantren dengan latar belakang juga konflik yang berbeda. Hasan misalnya, di sekolahkan ke pesantren supaya tidak mengikuti jejak ayahnya yang korup pada negara, ibunya pun depresi. Orang tua Kaharuddin terlalu sibuk bekerja sehingga tidak bisa mengurus anak-anak. Begitu pun dengan Baso.

Setelah mendapat tugas itu ketiganya merasa antusias, karena bisa jalan-jalan di luar pesantren. Kendati mereka bebal, tapi sangat bertanggung jawab mengerjakan tugas tersebut. Adakalanya pencarian Bahar tidak mudah, penuh teki-teki. Namun pada akhirnya mereka dapat menemukan keberadaannya meski bukan bertatapan langsung. Melainkan akhir perjalanan mereka berkunjung ke pusara Bahar.

Fyi, salah satu kunci dari Novel Janji ini adalah kisah dari Bahar, terutama lika-liku yang dialaminya setelah keluar dari pesantren. Btw, Bahar cukup menyesal terhadap perbuatannya yang telah membuat salah seorang kawannya tewas juga masa-masa kelamnya.

Sehingga apapun yang dialaminya setelah keluar dari pesantren, bagi Bahar merupakan karma yang memang harus dia alami. Misalkan saja ketika dia mendapat gunjingan atau celaan dari para tetangganya ataupun tatapan jijik dari orang-orang, perlakuan tidak adil yang dia dapatkan saat di penjara pun setelah keluar dari penjara dll. Namun Bahar tidak menaruh dendam dan rasa sakit hati kepada orang-orang yang memperlakukannya dengan sedemikian rupa. Sebab Bahar menganggap dia memang pantas diperlakukan demikian dan sebagai upayanya dalam menebus dosa.

Namun ada satu peristiwa yang membuat Bahar meragukan keyakinannya pada Tuhan, ketika sang pujaan hatinya meninggal dunia. Pada saat itu setelah melewati berbagai hal, Bahar menikah dengan seorang gadis keturunan Tionghoa bernama Delima. Namun tidak lama menikah mereka terpisah selama-lamanya, setelah peristiwa anarkis pada masa (kejadian 1998). Bahar sangat terpukul dan larut begitu lama. Dia mencoba bunuh diri, tapi selalu gagal.

Sampai suatu ketika, Bahar menyadari bila selama ini yang dia ingat hanyalah masalah atau kejadian menyedihkan. Dia melupakan hal-hal bahagia dengan sang istri. Hingga membuatnya berlarut-larut dengan rasa sakit dan mempertanyaan keadilan dari Tuhannya. Setelah menyadarinya, Bahar kembali menata hidupnya terlebih menjaga janji yang pernah Buya pesankan kepadanya.

Btw, Teteman masih penasaran enggak dengan pertanyaan Buya mengenai apa alasan Bahar dalam mimpi Buya bisa mengendari kendaraan mewah tersebut?

Ternyata, sebelum Buya mengizinkan Bahar meninggalkan pesantren beliau memberi pesan (pusaka) atau nasehat kepada Bahar. Bisa dikatakan pesan ini merupakan tanda izin Buya jika Bahar keluar nanti. Nah, pesan itu isinya sebagai berikut.

Pertama, selalu hormati dan bantu tetanggamu.

Kedua, selalu melindungi yang lemah dan teraniaya.

Ketiga, senantiasa jujur dan tidak pernah mencuri.

Keempat, bersabarlah atas apapun ujianmu.

Kelima, bersedekah, bersedekah dan bersedekahlah.

Kelima pesan itu selalu dipegang Bahar, hingga sampai menjelang akhir hayatnya Bahar pun sempat bermimpi persis yang dialami oleh Buya. Namun dalam mimpi itu Bahar bertanya kepada (malaikat) apakah kendaraan ini miliknya? Sang malaikat itu menjawab bila kendaraan itu bukan milik Bahar, tapi milik Buya. Akan tetapi Bahar diperbolehkan menaikinya.

Well itulah sekilas mengenai Novel Janji. Saya sarankan untuk Teteman baca sendiri novelnya hehe.. yakin deh, enggak akan kecewa. Ngomong-ngomong novel ini agak mirip dengan Novel Rembulan Tenggelam Di Wajahmu yang membahas masalah kehidupan dengan gaya berceritanya pun mirip. Bedanya, novel ini sedikit memuat tema religi, menyinggung sedikit keadaan pesantren dan keyakinannya.

Tips kalau baca Novel Janji, sebisa mungkin disuasana dan tempat yang nyaman yaaa... jangan lupa siapin tisu, hehe. Meski diisi dengan kejenakaan dari tingkah trio: Hasan, Kaharuddin dan Baso, tapi kisah Bahar cukup membuat pilu.

Saya pun enggak bisa menyebutkan pesan yang bisa diambil dari novel ini, terlalu banyak dan memang lima pesan Buya itu pula yang membekas di hati saya (sebagai pembaca). Btw, bagi saya Novel Janji masuk dalam kategori novel terbaik dari Bang Tere, yaaa.. setelah petualangan Bujang dan Sintong juga Kak Laisa juga perjalanan Gurutta.

Eh, ngomong-ngomong Bujang... sebentar lagi akan diliris novel terbaru Bang Tere, “Bedebah Di Ujung Tanduk”. Heemm, siap-siap nabung.

Hikmatul Ika

Manusia yang menyukai dunia kepenulisan, baik sebagai blogger dan Pengarang.

Post a Comment

Previous Post Next Post

Contact Form