Benang Merah Toko Kelontong Namiya dengan Taman Marumitsu (Review Novel Keajaiban Toko Kelontong Namiya Karya Keigo Higashino)

Keajaiban Toko Kelontong Namiya karya Keigo Higashino merupakan salah satu novel yang cukup menarik perhatian saya. Sebab setelah menonton versi filmnya, saya begitu penasaran pasti lebih menarik lagi dalam versi buku. You know-lah, sering kali cukup kecewa dengan film-film yang diadaptasi dari novel, karena lebih gereget dan enggak selengkap yang di buku. Padahal kadang ada bagian (scene) kesukaan di buku yang enggak ditayangkan dalam filmnya, sayang sekali. 

Namun setelah menonton dan membandingkannya dengan versi bukunya, Keajaiban Toko Kelontong Namiya cukup memuaskan. Sembari membaca saya mengingat bagian-bagian dalam film. Ternyata banyak hal-hal yang terlewatkan dan ada kesalahpahaman saat menonton. 

Beruntung setelah membaca versi bukunya, saya menjadi lebih paham dan mengerti tentang seluk beluk dan relevansi Toko Kelontong Namiya dengan salah satu tempat singgah (panti asuhan) Taman Marumitsu. Meski demikian, kisah terbaik masih jatuh pada Musisi Toko Ikan yang tetap menjadi bagian kesukaan saya.

Review Novel Keajaiban Toko Kelontong Namiya Karya Keigo Higashino


Identitas buku

Judul buku : Keajaiban Toko Kelontong Namiya

Pengarang : Keigo Higashino

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Cetakan : Pertama, 2020

Tebal : ± 400 hlm.


Secara singkat Keajaiban Toko Kelontong Namiya bercerita tentang sebuah toko milik Tuan Yuji yang digunakan sebagai media komunikasi (tempat orang-orang curhat dari yang remeh-temeh sampai tingkat yang sukar). Tuan Yuji adalah seorang paruh baya yang tinggal sendiri di toko tersebut setelah istrinya meninggal, sedangkan kedua anaknya telah berkeluarga dan hidup masing-masing di Tokyo.

Tuan Yuji yang masih bersedih karena kehilangan istrinya, menemukan alternatif baru dengan telaten menjawab curhatan-curhatan anak-anak tentang masalah sekolah. Namun lambat laun, Tuan Yuji mendapat curhatan yang kompleks dan susah dengan perenungan yang mendalam. Dari sanalah, orang-orang mengenal Toko Kelontong Namiya yang cukup dikenal sebagai tempat nasehat yang bijaksana.

Hingga suatu ketika, Tuan Yuji mendapatkan kiriman surat yang begitu aneh. Dalam surat itu terdapat kata-kata modern, seperti internet dan gawai. Bahkan isi surat tersebut tidak lagi ditulis tangan melainkan seperti cetakan mesin (kisah ini diceritakan sebelum teknologi menggelobal). 

Memang sejatinya toko tersebut sebatas toko biasa, tapi uniknya toko tersebut terdapat aliran waktu. Mengetahui keanehan ini tidak membuat Tuan Yuji surut, dia malah berwasiat kepada anaknya untuk tetap membuka sesi curhat ditiap peringatan Tuan Yuji bila sudah meninggal nanti. Sebab Tuan Yuji seperti mempunyai firasat, bila sesi curhat ini tidak akan berhenti walaupun Tuan Yuji telah meninggal. Seperti yang telah diwasiatkan kepada putranya, Toko Kelontong Namiya masih berdiri kokoh meski tidak lagi terawat. 

Hingga tiba diperingatan kematian Tuan Yuji 32 tahun kemudian. Ada tiga pemuda yang masuk ke toko tersebut. Ketiga pemuda itu tengah bersembunyi setelah merampok rumah salah seorang direktur bernama Harumi yang cukup kaya raya di daerah itu. Mereka berencana akan pergi setelah pagi, sebab kendaraan yang mereka bawa sebelumnya tengah mogok.

Mereka adalah pemuda yang dibesarkan dari Taman Marumitsu yang kini menganggur dengan alasan masing-masing. Mereka memutuskan merampok rumah Direktur Harumi karena kesalahpahaman tentang Taman Marumitsu yang ingin dibangun ulang sebagai hotel. 

Dalam persembunyiannya, ketiga pemuda itu dikagetkan dengan adanya sepucuk surat yang tiba-tiba jatuh dari pintu. Mereka menganggap bila persembunyian telah diketahui. Akan tetapi lambat laun mereka menyadari tentang keanehan toko itu dan bukannya takut, mereka malah mengikuti kebiasaan Tuan Yuji untuk membalas surat-surat yang datang.

Bagi mereka ini adalah pertama kalinya, membalas surat dari orang-orang yang membuat mereka merasa berguna dan baik. Terlebih banyak hal positif yang mereka dapatkan baik dari si penerima dan pengirim. Seperti ketika mereka menasehati pengirim bernama Anak Anjing yang Kehilangan Arah, mereka menuntun pengirim untuk berinvestasi di bidang properti dll. Sebab di tahun yang akan datang bisnis tersebut cukup menjanjikan.

Meski balasan surat dari Toko Kelontong terdengar mengada-ada, tapi Anak Anjing yang Kehilangan Arah mengikuti saran tersebut. Kini dia berhasil menjadi orang sukses dan ingin membantu Taman Marumitsu yang dikabarkan mengalami banyak krisis setelah pergantian kepemilikan. Btw, Anak Anjing yang Kehilangan Arah juga pernah tinggal di Taman Marumitsu.

Fyi, Taman Marumitsu merupakan tempat singgah rumah perlindungan bagi anak-anak yang kurang beruntung. Sehingga di dalam tempat tersebut terdiri dari anak-anak dengan berbagai latar belakang. Taman ini didirikan oleh seseorang wanita bernama Akiko yang begitu peduli pada anak yatim piatu dan mendedikasikan diri pada pendidikan. Setelah Akiko meninggal tempat itu diurus oleh adiknya Minazuki dan setelah itu digantikan oleh putra sulung Minazuki bernama Kariya yang diduga telah menggelapkan dana bantuan Taman Marumitsu.

Itulah alasan mengapa Anak Anjing yang Kehilangan Arah ingin membantu Taman Marumitsu. Akan tetapi, niat baik Anak Anjing tidak disambut baik oleh Kariya. You know-lah, pasti Kariya tidak ingin kedoknya diketahui, bahkan dia menyebarkan gosip kepada penghuni Taman Marumitsu bila Anak Anjing yang Kehilangan Arah itu sengaja ingin membangun ulang Taman Marumitsu untuk dijadikan hotel dan mengambil keuntungan pribadi.

Akibat gosip itu, ketika Anak Anjing yang Kehilangan Arah datang ke Taman Marumitsu tidak disambut baik oleh anak-anak. Bahkan mereka sempat diusir dan tidak boleh lagi datang. Namun Anak Anjing tidak menyerah begitu saja, dia ingat dengan Toko Kelontong dan ingin mencari solusi atas apa yang terjadi.

Saat itu sudah malam, Anak Anjing yang Kehilangan Arah baru pulang ke rumah keduanya sebelum mengirim surat ke Toko Kelontong, tapi dia dikagetkan dengan suasana rumah yang berbeda. Dia tahu ada orang tidak diundang di sana. Beberapa saat kemudian muncul satu persatu dari mereka dan menyekap, merampok barang-barang berharga juga surat yang ada di dalam tasnya.

Well,  para perampok itu tidak lain adalah ketiga pemuda yang tengah bersembunyi di Toko Kelontong. Mereka baru menyadari bila Anak Anjing yang Kehilangan Arah adalah Direktur Harumi yang mereka bantu hingga menjadi orang sukses. 

Mereka baru sadar, setelah menemukan sepucuk surat di dalam tas yang ditujukan kepada Toko Kelontong. Mereka tentu saja terkejut dan tidak pernah menduganya. Setelah itu mereka memutuskan untuk meminta maaf dan menyelamatkan Direktur Harumi. Mereka tidak lagi peduli dengan apa yang akan terjadi, begitu pula dengan konsekuensi atas apa yang telah dilakukan. 

Dari kesekian konflik yang tertuang dalam Keajaiban Toko Kelontong, tak menampik bila semua itu berasal dari hubungan Toko Kelontong dan Taman Marumitsu. Kisah dalam novel ini seperti berputar dan kembali ke Toko Kelontong dan Taman Marumitsu. Apapun yang ada kaitannya dengan Taman Marumitsu akan bertemu pula di Toko Kelontong.

Saat membaca saya begitu penasaran sebenarnya apa sih di balik relevansi Toko Kelontong dengan Taman Marumitsu? mengapa setiap tokoh yang tersorot masih bersangkutan atau setidaknya pernah mengenal salah satu dari kedua tempat itu? Sehingga saya pun menemukan satu asumsi yang cukup mengharukan.

Kilas balik tentang pendiri Taman Marumitsu–Nyonya Akiko merupakan keturunan orang berada. Dia mempunyai kekasih seorang buruh pabrik yang tragisnya mereka tidak mendapat restu dari orang tua Akiko. Sempat terbesit untuk kawin lari, tapi sang lelaki memilih mundur dan mengikhlaskan segalanya. Bahkan dia meminta Akiko untuk melupakannya.

Mungkin bagi Akiko, lelaki itu adalah cinta sejatinya. Sehingga sampai akhir hayat, dia tidak menikah meski telah beberapa kali dijodohkan oleh orang tuanya. Akiko dengan penuh dedikasi mengabdikan dirinya untuk pendidikan anak-anak dan membangun rumah perlindungan untuk anak-anak yang kurang beruntung.

Tahu enggak sih, siapa sang lelaki yang begitu dicintai Akiko itu? Lelaki itu Tuan Yuji muda, pemilik Toko Kelontong Namiya. Ih, benar-benar kejutan enggak sih? 

Dewasa saya, Toko Kelontong dan Taman Marumitsu itu seperti Yin dan Yang; yang entah mengapa ketulusan keduanya masih terasa bahkan setelah hubungan mereka berpisah; baik di dunia dan alam lain. Ah! Apakah itu yang disebut sebagai cinta sejati? *sembari bertanya pada terik matahari yang hari ini, entah mengapa begitu terang.

Hikmatul Ika

Manusia yang menyukai dunia kepenulisan, baik sebagai blogger dan Pengarang.

Post a Comment

Previous Post Next Post

Contact Form